Skip to main content

Punya uang Rp 1 jt beli saham apa sekarang?

Okay hari ini kita akan membahas, kalau misalnya punya uang satu juta rupiah, kita beli saham apa. 

Disclaimer ya, posting blog ini ada posting amatir dengan riset amatir. Jadi tujuannya buat mendokumentasikan penjalanan saya untuk investing dari awal. Kalau ada yang punya masukan, silakan tulis di komen. Apa yang saya kemukanan di blog ini jangan dianggap sebagai nasehat keuangan. Situasi saya mungkin berbeda dengan teman – teman, dan saya juga baru belajar.

Ohya satu lagi, saya rencananya akan membeli saham dan pegang selama masih masuk akal. Jadi bagi yang jual beli saham atau trading, mungkin apa yang saya kerjakan di sini bakal kurang sesuai. Tapi kalau tertarik, silakan nonton baca selesai.

Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/CFb0MU5IIWY


Singkat cerita, saya dapat mengerucut ke dua pilihan, yaitu Adira Finance dan Indofood CBP.

 

Alasannya karena banyak orang di sekitar saya yang membeli kendaraan lewat kredit di Adira Finance. Banyak sekali. Bahkan jarang saya dengar orang di sekitar saya yang mengambil kredit di luar Adira.

Alasan kenapa Indofood CBP, karena saya suka makan Indomie. Indofood CBP ini anak perusahaan dari Indofood yang memproduksi Indomie, Chiki, Cheetos, Pop Mie dsb. Saya gak bisa hidup tanpa Indomie, apalagi kalau lagi males masak. Jadi gak salah dong, kalau saya berusaha memiliki perusahaan yang bikin makanan pokok saya dan keluarga. Jadi ibaratnya punya kebun sendiri dan ambil sayuran dari kebun sediri.

Untuk saat ini dana saya terbatas, hanya ada satu juta, jadi saya harus hati – hati banget. Untuk menjatuhkan pilihan, saya mempertimbangkan dari 2 sisi, satu dari segi angka, yang kedua dari sisi pandangan saya sebagai orang awam.

Maksudnya dari segi angka itu saya mau lihat:

  1. Apakah perusahaan itu menghasilkan keuntungan dari usahanya atau tidak?
  2. Gimana perubahan pendapatannya dari taun ke taun, meningkat atau menurun?
  3. Apakah harga sahamnya masuk akal dibandingkan dengan pendapatannya? Ini juga bisa diartikan apakah harganya  naik lebih cepat daripada pendapatannya.

Dari sisi pandangan saya sebagai orang awam, maksudnya melihat perusahaannya bakal bertahan melewati pandemi atau enggak. Ini pendapat saya, berdasarkan pengetahuan saya sekarang. Mungkin nanti bisa berubah kalau ada informasi baru.

Sekarang kita mulai dari Adira Finance (ADMF)

Saya kompilasi data dari laporan keuangan ADMF dari tahun 2010 sampai dengan 2019, saya ambil harga saham atau price; pendapatan per saham atau earning per share atau eps; dan, rasio dari harga saham dibagi pendapatan per saham atau pe ratio. Di grafik, harga saham digambarkan dengan warna oranye; perndapatan per saham atau earning per share dengan warna biru; dan, rasio dari saham dibagi pendapatan per saham atau pe rasio dengan warna abu – abu. Untuk mempermudah perbandingan, semua angka saya bagi dengan nilainya di tahun 2011.


Dari grafik kita bisa melihat pendapatan admf anjlok di sekitar tahun 2014. Bagi yang tau apa yang terjadi di taun ini, bisa bantu menjelaskan di komentar.

Tapi kemudian merangkak naik dengan konsisten dari tahun 2015 sampai dengan tahun lalu. Ini memberi saya harapan kalau kondisi Adira membaik dan apa yang dilakukan di taun 2014-2015 dan seterusnya untuk mengembangkan usahanya sepertinya bekerja.

Sekarang kita lanjut dengan harga saham. Akan tetapi, harga saham terus turun dari 2014 ke 2016 dan merangkak naik dari 2016 sampai tahun 2019. Positifnya, kenaikan harga saham tidak secepat peningkatan penghasilan per saham. Dari pendapat saya, ini cukup menarik, mungkin pantas untuk saya beli.

Sekarang lanjut ke pe atau perbandingan pendapatan terhadap harga saham, atau price earning ratio.

Bagusnya, perbandingan pendapatan terhadap harga saham dari 2014 ke 2019 makin kecil. Menurut pendapat saya, harga sahamnya ke sininya, setidaknya sampai 2019, makin murah. Ini dibandingkan pendapatannya ya, bukan nominalnya.

Sekarang kita lanjut Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

Sama dengan Adira, saya juga kompilasi data dari laporan keuangan ICBP dari tahun 2010 sampai dengan 2019, saya ambil harga saham atau price; pendapatan per saham atau earning per share atau eps; dan, rasio dari harga saham dibagi pendapatan per saham atau pe ratio. Di grafik, harga saham digambarkan dengan warna oranye; perndapatan per saham atau earning per share dengan warna biru; dan, rasio dari saham dibagi pendapatan per saham atau pe rasio dengan warna abu – abu. Untuk mempermudah perbandingan, lagi – lagi semua angka saya bagi dengan nilainya di tahun 2011.


Yang menarik adalah, pe atau price earning ratio atau rasio dari harga saham dibagi pendapatan per sahamnya malah turun teratur dari tahun 2016 ke tahun 2019. Ini membuat saham ICBP jadi makin menarik bagi saya. Artinya, kenaikan harga saham tidak secepat kenaikan labanya.

Jadi, menurut pendapat saya, harga sahamnya ke sininya, setidaknya sampai 2019, makin murah. Bagaimana menurut kalian?

Sekarang kita lihat harga saham dan dividen ADMF vs ICBP

 

Dividen itu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan ke pemegang saham. Beberapa perusahaan rutin membagikan dividen tiap tahun, ada yang lebih dari sekali, ada juga yang gak sama sekali.

Tujuan saya buat ngebandingin harga saham dengan dividen untuk memberikan gambaran seberapa pendapatan kita terima selama kita masih memegang sahamnya.

Okay, kalau kita beli saham ADMF 1 lot, atau 100 lembar, kita akan keluar uang 760 ribu rupiah.
Kalau kita beli saham ICBP atau Indofood CBP 1 lot, atau 100 lembar, kita akan keluar uang 972500 rupiah. 

Jadi untuk 1 lotnya, ICBP lebih mahal 200 ribuan daripada ADMF.

Okay sekarang hitung - hitungan, kalau kita pegang, tiap tahun kita akan dapat dividen dari kedua perusahaannya. Kalau kita liat, tiap taun kedua perusahaan memberi dividen dan lumayan konsisten.
ADMF taun ini memberi dividen sekitar 1000 rupiah per saham, jadi kalau punya 1 lot, kita dapat 100 ribu. Lumayan banget ya.
Bisa dapat beras kualitas medium 10 kg. 

Sementara ICBP taun ini memberi 215 rupiah per saham. Jadi kalau kita punya 1 lot, kita dapat 21ribuan rupiah, lah. 
Beras kualitas medium 2 kg.

Jadi beda jauh ya, ICBP lebih mahal 200 ribuan rupiah per lot-nya, tapi memberi dividen taun ini seper lima dari ADMF.

Sejauh ini kita udah bandingin harga saham, pendapatan perusahaan, trus harga di bursa saham dan dividen-nya. Ada beberapa hal yang gak ditangkap sama angka - angka ini, yang sekarang penting banget. Yaitu seberapa tahan perusahaannya dengan pandemi COVID-19.

Kita tau gara2 pandemi banyak orang kehilangan pekerjaan, atau penghasilannya berkurang drastis. Jadi mungkin banyak yang gak bisa bayar cicilan, tapi masih tetep makan indomie dan snack. Kemungkinan ni ya, ADMF terpengaruh lebih keras daripada ICBP, coba kita liat angkanya.

Laba per saham ADMF 

Semester 1 2020: Rp 597
Semester 1 2019: Rp 949

Kita liat di laporan 6 bulan pertama taun 2020nya ADMF, kita liat penurunan hampir setengahnya dari taun sebelumnya. Di semester yang sama di taun 2019, ADMF mendapat pendapatan per saham sekitar 900an rupiah, sementara taun ini hanya 500an rupiah.

Sekarang lanjut ke Indofood CBP

Laba per saham ICBP

Semester 1 2020: Rp 290
Semester 1 2019: Rp 221

Untuk laporan semester pertama taun 2020, laba per saham ICBP lebih tinggi daripada semester yang sama di taun 2019. Jadi ini sepertinya mendukung firasat saya sebelumnya orang masih makan indomie di masa pandemi dan mungkin menunda bayar kredit kendaraannya.

Kesimpulannya, saat ini saya cenderung akan beli ICBP, walau dividen-nya jauh lebih kecil daripada ADMF. Tapi ICBP  lebih tahan dengan situasi pandemi. Kita juga gak tau berapa lama situasi ini akan berlanjut, jadi kita juga gak tau seberapa tahan si ADMF ini melalui tantangan ini. Kalau punya duit lebih, bisa beli keduanya. Tapi sayangnya saya gak punya duit lebih untuk beli keduanya.

Untuk saat ini, beli yang manapun duit saya belum cukup. Saya hanya punya cash Rp 681.691. 

Saya kumpulin duit pelan – pelan maka saya sempat bikin video ini dan saya juga hati2 taruh duit di mana karena punya duit sedikit. Harapan saya, harga sahamnya naik terus, dan dividen jalan terus tiap taun jadinya uang yang saya kumpulin pelan – pelan ini gak sia – sia.

Posting ini saya buat di bulan Oktober 2020, di bulan November 2020, sekitar tanggal 18, saya akan dapat penghasilan sekitar 300 ribuan rupiah. Kalau ICBP enggak naik banyak, saya akan beli ICBP. Kalau ICBP naik banyak dan uang saya gak cukup, mungkin saya bikin video lagi untuk membandingkan saham - saham lainnya.

Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di postingan selanjutnya.








Comments

Popular posts from this blog

Bedah Portfolio Saham 1

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio  Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,

Kupas Saham - Saham ASTRA: ASII, AUTO, ASGR, & AALI

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing.  Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII),  Astra Otoparts (AUTO),  Astra Graphia (ASGR),  Astra Agro Lestari  (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan.  3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis.  Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang.  ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.  Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela

Kenapa SRIL Pelit Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting    Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini:  https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini