Skip to main content

Apa itu Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi di Mommy Belluga Investing.

Di blog sebelumnya saya sempat menyebut bahwa tidak semua pendapatan perusahaan dibagi ke pemilik/pemegang saham. Bagian yang di bagikan itu disebut sebagai dividen.

Hari ini kita akan membicarakan soal Dividen. Apa itu dividen?

Seperti sebelumnya, saya akan membagi pengertian sederhana dari dividen, apa arti dividen bagi saya saat ini, dan kita akan studi kasus; membandingan perolehan dividen dua perusahaan. 

Kali ini dua perusahaan itu adalah BRI dan PT Bank Rakyat Indonesia atau kode sahamnya BBRI & Telkom, PT Telkom Indonesia atau kode sahamnya TLKM.


                    

Disclaimer ya, ini blog amatir dengan riset amatir, tujuannya buat mendokumentasikan penjalanan saya untuk belajar mengenai investasi saham dari awal. Kalau ada yang punya masukan, silakan tulis di komentar. Apa yang saya kemukanan di blog ini jangan dianggap sebagai nasehat keuangan.

Saya rencananya akan membeli saham dan pegang selama masih masuk akal. Jadi bagi yang jual beli saham atau trading, mungkin apa yang saya kemukakan di sini bakal kurang sesuai. Tapi kalau tertarik, silakan baca sampai selesai.

Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/sqqLECXutIM


Apa itu Dividen? 

Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki.

Catatan, seperti yang akan kita bahas sebentar lagi, tidak semua laba perusahaan dibagikan ke pemegang saham.

Dividen ini salah satu cara investor untuk dapat penghasilan dari saham. Hal yang lain adalah dari selisih antara harga jual dengan harga beli. Bedanya, Dividen akan selalu kita dapat selama kita pegang sahamnya. Dengan alasan ini juga saya lebih suka dividen daripada aksi jual beli. Dividen juga bikin saya seperti punya pendapatan pasif. Mirip seperti punya rumah kos atau taruh uang di deposito.

Studi Kasus

Sekarang kita coba studi kasus, kita lihat dua perusahaan dan bagaimana dividen yang dibagikan. Kali ini kita akan melihat BRI atau PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Telkom atau PT Telkom Indonesia (TLKM).

Alasan saya memilih BBRI karena perusahaan BUMN. Selain itu, Bank BRI juga ada dimana mana di Indonesia, sampai ke pelosok pelosok. Menurut laporan dari CNBC tahun lalu, BRI memiliki 20.846 mesin ATM dan 3.209 ATM CRM (atau ATM setor tarik). Ini tahun lalu, mungkin taun ini berubah.

Sedangkan TLKM, karena dirumah saya pakai internet dari Indihome, jadi serasa investasi di kebun sendiri. Tiap bulan saya bayar tagihan Indihome lebih mahal daripada satu lot sahamnya. Hari ini tanggal 7 November 2020, harga satu lot BBRI adalah 283 ribu rupiah. 

Dividen BBRI vs TLKM

Di grafik di atas adalah dividen BBRI atau Bank BRI versus TLKM atau Telkom sampai dengan tahun lalu, tahun 2019. Data ini kami kompilasi dari laporan keuangan masing – masing perusahaan. Untuk BBRI kita punya akses dari tahun 2003 di website perusahaannya. Bagusnya, BRI punya tabel yang sudah mengkompilasi pembagian dividen dari tahun 2003. Ini link-nya.

Kami tampilkan dividen BBRI cuma dari tahun 2008. Sayangnya untuk TLKM, kami cuma punya akses dari tahun 2009 di website-nya. BBRI kami plot dengan warna garis oranye, sedangkat TLKM kami plot dengan warna garis biru.

Kedua perusahaan secara konsisten memberi dividen tiap tahun. Dan dividennya cenderung meningkat. BBRI yang di tahun 2008 memberi dividen sebesar Rp 20 per saham, tahun lalu sudah memberi dividen sebesar di atas Rp 160 per lembar saham. Jadi dalam waktu 11 tahun naik 8 kali lipat. 

Di tahun 2009, TLKM memberi dividen sebesar Rp 60 per saham. Pada waktu itu BBRI memberi dividen di bawah Rp 20 per saham. Jadinya jauh beda. DI tahun 2009, dividen BBRI kurang dari sepertiga dari dividen TLKM. Yang menarik, ada penurunan tren dividen TLKM dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Sampai dengan tahun 2018, dividen TLKM konsisten di atas BBRI, tapi di tahun 2019 berbalik: BBRI dividennya lebih besar dari TLKM.

Catatan ya, grafik ini belum memperhitungkan dampak pandemi karena pengumuman dividen untuk tahun ini, yang akan dibagikan tahun depan, untuk kedua perusahaan belum keluar. Berikutnya, kami akan posting blog lagi untuk membahas dampak pandemi ke saham – saham perusahaan yang memberi dividen.

Pay-out Ratio BBRI (2008-2019)

Di grafik di atas kita lihat perbandingan EPS dan dividen BBRI dari tahun 2008 sampai dengan tahun lalu, tahun 2019. Kami plot EPS dengan garis warna oranye, sementara dividen dengan garis berwarna biru. EPS itu adalah earning per share atau laba per saham. Kalau mau tau lebih banyak tentang EPS, bisa lihat blog kami sebelumnya mengenai EPS.

Kita kembali ke grafik di atas, kita lihat kalau tidak semua laba perusahaan dibagikan menjadi dividen. Misalnya di tahun lalu, 2019 Laba per saham BBRI hampir 300 rupiah per lembarnya. Sementara pemilik saham cuma kebagian sekitar 170 rupiah per saham-nya. Di grafik kita lihat ini artinya dividennya cuma 60% dari laba per saham. Persentase ini juga sering disebut sebagai Pay-Out Ratio. Saya gak ketemu Bahasa Indonesia yang baik dan benar dari nya pay out ratio, kalau ada yang tau, silakan tulis di komen ya. Kita sama – sama belajar.

Yang menarik dari grafik ini, Pay-Out Ratio meningkat terus dari tahun 2015 ke 2019. Di tahun 2016 dia jadi 40%, lalu 45% di taun 2017, sampai dengan 50% dan 60% di tahun 2018-2019. Di grafik sebelumnya kita melihat dividen BBRI meningkat terus, dari grafik ini kita tahu kalau peningkatan dividen-nya tidak hanya disebabkan oleh peningkatan laba, tapi juga diakibatkan peningkatan Pay-Out Ratio, karena semakin banyak porsi dari laba yang dibagikan ke pemegang saham.

Ini apakah artinya si Bank BRI sudah tidak berkembang sebegitu cepat lagi?
Logika saya, kalau suatu perusahaan mau berkembang pesat, laba yang ditahan kemungkinan lebih banyak untuk memodali ekspansinya.

Pay-out Ratio TLKM (2009-2019)

Kita lanjut ke TLKM. Di grafik di atas, kita lihat perbandingan EPS dan dividen TLKM dari tahun 2009 sampai dengan tahun lalu, tahun 2019. Sama dengan grafik EPS vs dividen BBRI di atas, kami plot EPS dengan garis warna oranye, sementara dividen dengan garis berwarna biru.

Kita lihat EPS atau laba per saham-nya dulu. Laba per saham PT Telkom naik turun sejak tahun 2014. Di tahun 2014 laba per sahamnya di angka Rp 150. Lalu kemudian naik ke sekitar Rp 180 di tahun 2015, untuk turun lagi ke sekitar Rp 170 per saham di tahun 2016. Hal yang sama kembali terulang, naik ke Rp 225 per saham di tahun 2017 untuk turun lagi ke sedikit di atas Rp 175 rupiah per saham di tahun 2018. 

Yang lebih menarik, di tahun 2018, keuntungannya sebenarnya turun drastis. Tapi, dividen yang didapat gak turun drastis. Ini karena persentase yang dibagikan lebih banyak, bahkan hampir seluruhnya atau 90%. 

Dari sisi saya, ini mengkhawatirkan karena PT Telkom jadi kelihatan stagnan. Logikanya kemungkinan besar Telkom gak punya ide laba yang ditahan mau dipakai apa, jadi ya kalau gak ada ide ya dibagi jadi dividen. 

Selain itu ada dua kemungkinan lainnya:
  1. Dia mau bikin pemilik saham happy dengan pendapatan yang lebih stabil. Walau laba perusahaannya sebenarnya enggak stabil.
  2. Telkom punya terlalu banyak cash, jadi dia gak perlu numpuk cash lagi.
Kami belum riset sejauh ini untuk tau kira – kira kemungkinan mana yang paling masuk akal.

Dividen Yield BBRI vs TLKM

Sekarang kita bandingkan dividen yield BBRI vs Telkom. Di grafik di atas, kita lihat dividen yield BBRI vs Telkom dari tahun 2008 untuk BBRI dan 2009 untuk TLKM, sampai dengan 2019.

Dividen yield adalah prosentase dividen terhadap harga saham. Cara menghitungnya dengan membagi dividen dengan harga saham. Misalnya tahun lalu saya beli saham BBRI di Rp 3660 per lembar, lalu dividen taun itu sebesar Rp 168,11  per lembar. Jadinya dividen yield-nya 168,11 dibagi 3660, yaitu sekitar 4% kurang sedikit. Ini angka yang kita lihat di grafik ini.

Dividen yield BBRI merangkak naik secara keseluruhan. Paling tinggi di tahun lalu, tahun 2019 dengan hampir 4 %. Sedangkan paling rendah di tahun 2009, yaitu di bawah 1%.

Dividen yield TLKM rata2 kasarnya ada di 4%. Paling tinggi di tahun 2011, di atas 5%. Sedangkan paling rendah di tahun 2016, sedikit di bawah 3%.

Yield ini saya pakai untuk bahan pertimbangan antara taruh di saham atau deposito. Karena dividen yield karena sudah dalam prosentase, dia sudah bisa dibandingkan dengan prosentase bunga deposito. 

Okay, sekarang kita kembali ke grafiknya. Kalau kita lihat dari prosentasi yield-nya secara keseluruhan, prosentasenya lebih kecil dari bunga deposito. Yaitu tertingi 7% dan yang terendah 2.5 persen, tapi secara kasar rata – rata sekitar 5%. Ini data deposito tahun lalu. Tahun ini kemungkinan turun karena dampak pandemi. Data ini merujuk data Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia per Senin, 30 Desember 2019.

Walau yield dividen lebih kecil daripada deposito, kenapa saya masih investasi di saham, nanti saya uraikan lebih lengkap di blog selanjutnya. Link akan saya cantumkan di sini kalau blog-nya sudah publish.

Ringkasan

Apa itu Dividen?
Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki.
Catatan, seperti yang akan kita bahas di atas, tidak semua laba perusahaan dibagikan ke pemegang saham.

Dividen adalah salah satu cara pemegang saham mendapat penghasilan, selain jual beli saham (trading). Saya lebih suka dividen dari pada jual beli saham, karena serasa punya pendapatan pasif. 

Dari data di blog ini, saya cenderung ke BBRI karena pay out ratio-nya lebih kecil, jadi kemungkinan berkembangnya lebih besar daripada TLKM. Pertimbangan ini berguna bagi yang bertujuan untuk investasi saham, beli dan pegang, bukan trading atau beli dan jual.

Sebelum kita berpisah, karena kita tahu berapa pay-out ratio dari kedua perusahaan itu, kita jadi bisa memprediksi berapa dividen BBRI dan TLKM tahun ini lo. Ini link ke posting "Prediksi Dividen BBRI dan TLKM Tahun 2020".

Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di postingan saya selanjutnya.










Comments

Popular posts from this blog

Bedah Portfolio Saham 1

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio  Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,

Kupas Saham - Saham ASTRA: ASII, AUTO, ASGR, & AALI

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing.  Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII),  Astra Otoparts (AUTO),  Astra Graphia (ASGR),  Astra Agro Lestari  (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan.  3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis.  Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang.  ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.  Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela

Kenapa SRIL Pelit Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting    Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini:  https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini