Halo semuanya, Jumpa lagi dengan Ratih di Mommy Belluga Investing. Hari ini kita akan membicarakan soal Price to Earning Ratio, singkatannya PE ratio. Saya kesulitan untuk mencari terjemahan dalam Bahasa Indonesia-nya. Bagi yang tau, silakan tulis di kolom komentar.
Disclaimer ya, ini blog amatir dengan riset amatir, tujuannya untuk mendokumentasikan penjalanan saya untuk belajar mengenai investasi saham dari awal. Jadi kalau ada yang punya masukan, silakan tulis di komen. Apa yang saya kemukanan di blog ini jangan dianggap sebagai nasehat keuangan.
Price to Earning Ratio secara sederhananya adalah harga saham dibagi dengan laba perusahaan. Jadi se-simple itu.
Laba per saham ini disebut EPS atau Earning per share, dihitung dengan cara membagi total laba dengan jumlah saham yang beredar. Mau tau lebih banyak apa itu earning per share, silakan liat blog saya sebelumnya: "Apa Itu Earning Per Share (EPS) atau Laba per Saham?"
Walaupun formulanya simple sekali, PE Ratio ini berarti banyak untuk investor, setidak2nya saya. Pengertian saya, PE ratio ini nunjukking seberapa lama waktu untuk saya atau perusahaan balik modal dari investasinya. Jadi, makin kecil PE suatu perusahaan itu making bagus.
Ilustrasi
Kalau seumpamanya ada perusahaan, namanya perusahaam A, harga sahamnya, misalnya 10 ribu rupiah. Ini misalnya. Earning per share-nya atau laba per sahamnya seribu rupiah. Dari formula tadi, kita bisa hitung 10 ribu rupiah, dibagi dengan seribu rupiah. Jadinya PE-nya sama dengan10.
Seumpamanya laba perusahaan konstan seribu rupiah tiap taun, seperti di grafik. maka dalam waktu 10 tahun, uang yang kita taruh di awal, yaitu saham kita yang seharga 10 ribu rupiah itu akan balik modal. Lewat dari 10 tahun, itu sudah keuntungan.
Yang tadi itu contoh ideal. Sayangnya, jarang banget suatu perusahaan harga saham dan laba per sahamnya tetap tiap tahunnya, ini yang bikin kenapa PE-nya juga berubah – berubah terus. Ini kenapa, untuk investor, kita perlu mengkompilasi PE perusahaan dalam suatu periode.
Jangka Waktu Penghitungan PE
Ohya, kita bisa melacak dan kompilasi PE rasio saham per tahun, atau juga per kuartal. Untuk yang per-kuartal, idenya jadinya berapa quartal bakal balik modal. Quartal itu 3 bulan ya, artinya satu tahun dibagi 4.
Di blog dan di video, sebelumnya saya nyatakan seperti ini:
Misalnya PE rasio per kuartalnya 40, jadinya balik modal dalam waktu 40 kuartal atau 10 tahun. Jadi PE rasio per kuartal 40 itu setara dengan PE rasio 10 untuk penghitungan per tahun. Dalam waktu satu tahun banyak hal yang bisa terjadi, mulai dari kebijakan perusahaan, kondisi ekonomi, dan sebagainya. Keuntungan kita melacak PE rasio per kuartal adalah kita jadinya tau dampak dari kondisi – kondisi tersebut dengan kinerja perusahaan.
Tapi ternyata, setelah membaca lebih lanjut, penghitungan ini salah.Ternyata PE ratio per kuarter tidak dihitung untuk kuarter itu saja, tapi per tahun yang sedang berjalan. Jadi kalo PE ratio suatu perusahaan di suatu quarter adalah 10, balik modal akan dalam waktu 10 taun. Mohon maaf atas kesalahan pengertian sebelumnya.
Study Kasus: ADIRA Finance (ADMF) dan saingannya BFI Finance (BFIN)
Di bawah ini grafik per kuartal Price to Earning Ratio atau PE rasio Adira Finance dari tahun 2014 sampai kuartal kedua tahun 2020. Grafik ini saya sarikan dari data di POEMS Trading Platform.Kenapa POEMS, karena sejauh ini, saya beli saham lewat POEMS.
Sekarang kita lihat data di grafik. Di kuartal pertama, tahun 2015, ADMF naik drastis melewati angka 20 di kisaran 24. Lalu turun lumayan banyak sampai dengan di bawah 5, bahkan mencapai seputaran 2 setahun kemudian, di kuartal pertama tahun 2016. Apa yang terjadi, saya kurang tahu, bagi yang tahu silakan dibantu memberi pencerahan di komentar.
Setelah itu PE ADMF stabil di seputaran 5, sampai dengan kuartal terakhir tahun lalu, tahun 2019. Di kuartal pertama tahun ini, PE rasio ADMF turun sedikit ke angka 4. Kemudian, naik ke angka 6 di kuartal kedua tahun ini, tapi masih dekat2 dengan 5. Gak sejauh di kuartal kedua taun 2015, yang sampai melewati 20. Seumpamanya, kita ambil rata2 PE-nya 6, artinya saya atau perusahaan bakal balik modal dalam waktu 6 kuartal atau 1 setengah taun.
Dari segi balik modal, ADMF jadinya ini bagus banget nih perusahaannya. Gak perlu lama2 buat balik modal.
PE ADMF vs BFI Finance (BFIN)
Sekarang kita bandingin PE rasio antara Adira atau ADMF dengan saingannya, perusahaan pembiayaan lainnya yaitu BFI Finance, atau BFIN. Produk dari kedua perusahaan ini gak sama persis sih, tapi lumayan mirip lah. Sama – sama memberi pinjaman dengan agunan kendaraan bermotor.
Ok, sekarang kita lihat data di grafik. PE BFIN, garis yang berwarna biru, per kuartal sejauh ini berfluktuasi antara seputaran 6 sampai 13. Dari tahun 2014 sampai dengan kuartal kedua tahun 2017, stabil naik turun sedikit di seputaran 6 dan 7. Lalu di kuartal ketiga dan keempat tahun 2017 naik ke 10 dan 11. Trus, turun teratur sampai di 6 lagi di kuartal ketiga tahun 2018.
Yang menarik sekarang, di kuartal keempat tahun lalu, tahun 2019, PE rasio BFIN naik drastis ke sekitaran 13. Lalu turun drastis di kuartal berikutnya, kuartal pertama tahun ini, tahun 2020. Di kuartal kedua tahun 2020, PE rasio BFIN naik lumayan banyak ke seputaran 9.
Seumpamanya, kita ambil rata2 PE-nya 8, artinya saya atau BFIN bakal balik modal dalam waktu 8 kuartal atau 2 tahun.
Dari segi balik modal, BFIN bagus. Tapi masih lebih bagus ADMF, karena rata2 PE-nya di seputaran 6.
Kita ringkas ya, Price to Earning Ratio secara sederhananya adalah harga saham dibagi dengan laba perusahaan. Jadi se-simple itu. Walaupun formulanya simple sekali, PE Ratio ini berarti banyak untuk investor, setidak2nya saya. Pengertian saya, PE ratio ini menunjukkan seberapa lama waktu untuk saya atau perusahaan balik modal dari investasinya.
Jadi kesimpulan blog hari ini, dari segi PE rasio atau balik modal, ADMF masih lebih bagus daripada BFIN. Walau keduanya sama – sama bagus.
Ini catatan ya, soal laba dan balik modal. Jarang banget perusahaan ngebagi seluruh labanya ke pemegang saham. Jadi, walaupun misalnya PE rasio-nya per kuartal ADMF itu rata2 6, kita belum tentu balik modal dalam waktu 6 kuartal atau satu setengah tahun. Karena gak semua laba-nya dibagi ke kita, pemegang saham. Biasanya ada bagian dari laba yang ditahan dengan berbagai alasan, misalnya buat jaga2, atau juga labanya ditahan buat siap2 ekspansi dan alasan lainnya.
Bagian dari laba yang dibagikan ke pemilih saham, Namanya dividen. Apa itu dividen, saya bakal bahas di blog selanjutnya. Ini link ke posting "Apa itu Dividen?".
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,
Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing. Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII), Astra Otoparts (AUTO), Astra Graphia (ASGR), Astra Agro Lestari (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan. 3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis. Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang. ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini. Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini
Comments
Post a Comment