Skip to main content

Portfolio Update: Saya Beli Saham BTPN

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing.

Di posting sebelumnya, “Punya Uang Rp 1 Juta Beli Saham Apa Sekarang?” saya sampai di kesimpulan kalau saya akan membeli saham ICBP. Di posting itu saya membandingan ADMF dengan ICBP. Nah, di posting kali ini saya akan menceritakan apa yang terjadi setelah itu, yaitu saya beli saham BTPN. Saya uraikan alasan saya, plus di akhir akan saya perlihatkan portfolio saya sejujur2nya. Bonus, saya juga akan bagi pengalaman saya menggunakan app Jenius dari Bank BTPN.

Versi video dari blog ini, "Saya Beli Saham BTPN (Bonus Review App Tabungan Jenius)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/lBmp4bKV3CI




Nah sekarang saya cerita dulu, sekitar dua minggu yang lalu saya bukan tabungan BTPN Jenius, atas rekomendasi suami. Setelah melalui proses pembuatan rekeningnya dan mencoba aplikasi jenius, jadi saya sangat terkesan. Karena impulse, saya jadinya beli sahamnya, tapi satu lot saja. Saya bersemangat dan happy liat app-nya. Lalu cek sahamnya. Waktu itu saya ada dana sekitar Rp 400ribuan di Rekening Dana Investasi saya di POEMS. Sedangkan harga 1 lot BTPN itu Rp 200 ribuan, tanpa berpikir panjang, saya langsung beli satu lot saja.

Biaya Transaksi

Harga yang saya lihat pada tanggal 3 November 2020 itu adalah Rp 2280, saya turunkan 20 poin ke Rp 2260. Ternyata gak berapa harganya turun dan saya dapat order saya. 

Sejauh ini saya hanya punya satu trading account, yaitu di POEMS. Di atas, saya bagi Trade Confirmation saya yang dikirimkan oleh POEMS di tanggal 3 November 2020. 

Mari kita lihat berapa biaya yang saya keluarkan untuk transaksi ini. Harga saham Rp 2260, karena saya beli 1 lot atau 100 lembar, jadinya saya membayar Rp 226 ribu. 
  • Saya membayar komisi sebesar Rp 281, yaitu setelah saya hitung sekitar 0.12% dari nilai transaksi. 
  • Saya membayar VAT (Value Added Tax) atau Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 28, yang setelah saya hitung sekitar 0.012% dari nilai transaksi.
  • Selain itu, saya juga membayar IDX Fee, biaya yang dikenakan oleh Bursa Efek Indonesia, sebesar Rp 86, atau 0.038% dari nilai.
Secara total saya membayar Rp 395 atau 0.17% dari nilai Rp 226 ribu. Memang kelihatan kecil sekali, tapi ini harus dihitung supaya kita benar – benar tahu berapa sebenarnya biayanya. Yang masalah adalah kalau tangan gatal jual dan beli, transaksi sering – sering. Nanti malah habis di biaya – biaya ini.
Kalau misalnya suatu hari saya ingin jual, saya harus ingat setidak – tidaknya sahamnya sudah memberi keuntungan lebih dari Rp 395 per lot-nya

Membeli Saham BTPN Karena Terkesan dengan tabungan "Jenius"

Saya membeli saham BTPN karena terkesan dengan "Jenius". Jenius ini adalah tabungan online. Sekarang kita lanjut, kenapa saya terkesan dengan jenius. Catatan, saya sama sekali tidak dibayar atau mendapat keuntungan apapun dari review ini. Ini review murni pengalaman saya pribadi.

Kenapa Saya Terkesan dengan Jenius
  1. Pembukaan rekeningnya simple dan cepat. Saya download app-nya, isi form-nya. Lalu tidak berapa lama, melalui fitur video-call saya bisa meng-aktivasi. Setelah aktivasi, saya langsung bisa menggunakan rekeningnya secara online. Semuanya di hari yang sama dan semuanya online
  2. App-nya lumayan komplit. Saya bisa melakukan transaksi standar misalnya transfer dan terima dana.Ada e-wallet juga dan saya bisa split bill. Di masa sekarang fungsi – fungsi seperti ini perlu sekali. Saya juga bisa bayar listrik, telepon, dan beli pulsa juga.
  3. Saya rasa pengalaman saya menggunakan fungsi transfer-nya perlu saya ceritakan. Resinya langsung dikeluarkan dalam bentu pdf di dalam app dan bis di-download ke handphone. Bagi saya ini menguntungkan sekali karena saya bisa langsung kirim ke penerima dana saya. Saya gak perlu akses email lagi untuk mengirimkan bukti transfer ke penerima saya. 
  4. Selain itu, ada gratis 25 kali transaksi antar bank per bulan-nya. Selama ini, saya suka mikir2 untuk transaksi ke bank berbeda karena setiap transaksi dikenakan biaya sekitar Rp 5 ribuan. Ya kan lumayan, kalo misalnya saya transfer Rp 100 ribu gitu ke teman.
  5. App-nya lumayan intuitif. Pertama kali saya pakai, saya gak perlu diajari dan sudah bisa langsung menemukan fungsi – fungsi yang saya mau.
  6. Ada fungsi yang disebut “save it”. Saya ceritakan lebih lanjut mengenai fungsi ini di bawah . 
  7. Ada juga satu kelebihan lain yang saya temukan dari membaca blog – blog review jenius, yaitu adanya dalam fasilitas cicilan dana tunai sampai Rp 50juta tanpa jaminan lewat Jenius. Ini dia link-nya.
Fitur Save-It

Save-it ini semacam deposito. Menurut saya adalah cara untuk menyisihkan dana “dingin” dari rekening utama kita. Kalau saya suka yang begini, jadinya uangnya saya gak lihat dan gak gatal ingin belanjakan. Kita bisa pindahkan dana dari tabungan utama kita atau "active balance" kita ke fitur ini. 

Ada 3 macam fiture save-it di aplikasi Jenius:
  1. Flexi Saver: Untuk sekarang bunganya 3% per tahun, gak ada denda penarikan, gak ada minimum saldo dan gak ada biaya extra. Lumayan banget, untuk produk yang kita gak usah kemana – mana bikinnya. Jadi kita tinggal sisihkan berapa aja dana yang kita mau ke sini. Saya sudah pakai ini, diamkan di Flexi Saver ini dan kita terima bungan tiap bulan.
  2. Dream Saver: Menurut info yang saya baca dari website jenius, kita bisa atur target kita berapa dan atur potongan teratur dari rekening utama kita. Untuk yang susah teratur nabung, ini bagus banget. Kita gak usah ngapa – ngapain dan sudah ada yang motongin untuk kita. Sampai hari ini saya belum pakai ini.
  3. Maxi Saver: Ini saya belum punya juga, karena mulai dari 10 jt rupiah dan bunganya mulai dari 4.5%. Prosentase bunganya bertambah sesuai dengan jumlah simpanan-nya. 
Lumayan banget ya. Bedanya dengan deposito biasa, kita gak perlu pergi be Bank secara langsung dan semua dilakukan melalui aplikasi (app).

Catatan Tambahan (yang bikin happy dan gak happy)
Sejauh ini saya happy dengan Jenius, tapi saya ada juga beberapa hal yang saya rasa masih kurang.
  1. Saya belum bisa bayar BPJS dari Jenius.
  2. BTNP Jenius belum bekerja sama dengan broker saham yang saya pakai sekarang yaitu POEMS.
  3. BTNP Jenius belum bekerja sama dengan beberapa peer to peer lending yang saya pakai, misalnya UangMe dan Asetku.
  4. App-nya masih lumayan berat. Loading awal makan waktu, gak secepat app lain, misalnya WhatsApp. Tapi masih OK dan stabil untuk hape saya yang merek China, Ram 4GB dan memorinya 64 GB. CPU octa-core.
  5. Ini adalah hal yang bikin saya happy. Sejak saya beli di tanggal 3 November 2020 sampai dengan pada saat blog ini disiapkan, 19 November 2020, harga sahamnya sudah naik. 
  6. Feesible, biaya bulanan. Sejauh ini Jenius masih tidak mengenakan biaya apa – apa, tapi per Januari 2021, dia akan mengenakan biaya 10 ribu per bulan.
Saya pikir, kalau keempat masalah di atas dipecahkan, fee Rp 10 ribu itu gak apa2. Karena bank lain megenakan biaya administrasi lebih besar daripada itu dengan fungsi yang bisa jadi tidak se-komplit Jenius.



Lalu gimana dengan rencana saya beli ICBP. Singkatnya ditunda, karena:
  1. Dananya saya pakai untuk beli BTPN. 
  2. Per hari ini 19 November 2020, harga ICBP sudah Rp 10350 rupiah. Sudah di atas anggaran saya.
Nanti saya kumpulkan dana dulu, sambal juga riset2 lagi kira2 saham apa yang saya bisa beli dengan dana yang saya punya.

Update Portfolio
Nah, sekarang, update portfolio saya. Gara – gara beli BTPN, portfolio saya jadi seperti ini. Nilainya Rp 3.617.000. Catatan kecil, angka ini selisih Rp 493500 atau 15.80% dari nilai beli. Di kiri atas adalah komposisi portfolio saya dan di kanan atas adalah snapshot dari aplikasi POEMS saya. Ini portfolio saya beneran ya. 

Okay, di posting selanjutnya saya akan bedah portfolio saya. Lacak dan petakan pertumbuhannya, dividen-nya, dan komposisinya. Juga, dibandingkan dengan simulasi kalau misalnya dananya saya belikan reksadana index. Nanti saya bagi link-nya kalau sudah publish.
 
Selain itu saya juga masih mau tau apakah investasi saya kali ini bijak atau tidak. Investasi beli saham BTPN ini. Untuk itu saya perlu belajar mengenai investasi di Bank dulu. Saya juga akan lacak pertumbuhan BTPN beberapa tahun ke belakang. Kalau saya sudah cukup mengerti, saya akan share dalam bentuk video.

Sekian posting saya kali ini. Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di posting selanjutnya.




Comments

Popular posts from this blog

Bedah Portfolio Saham 1

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio  Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya, ...

Kupas Kinerja Saham Unilever dan United Tractors

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan bahas dua saham yang sering muncul di timeline saya. Kebetulan kedua kode saham ini mulai dengan huruf U, yaitu: Unilever Indonesia dengan kode UNVR,  United Tractors dengan kode UNTR. Secara ringkas, saya rasa kedua saham ini memiliki kinerja yang bagus, yaitu: Mereka tidak pernah merugi 10 tahun terakhir,  Mereka rajin membagikan dividen,  Tapi ada dua hal yang bikin saya berpikir dua kali untuk kedua saham-saham ini: Harga UNTR yang di atas kemampuan budget saya, jadi saya harus benar – benar yakin dulu.  UNVR atau Unilever konsisten membagikan hampir seluruh labanya sebagai dividen, yang membuat saya merasa ini perusahaan ga akan berkembang. Bagaimana saya sampai ke kesimpulan di atas, ikuti terus analisa saya di posting saya kali ini: Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.  Subscribe ke...

Apa itu Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi di Mommy Belluga Investing. Di blog sebelumnya saya sempat menyebut bahwa tidak semua pendapatan perusahaan dibagi ke pemilik/pemegang saham. Bagian yang di bagikan itu disebut sebagai dividen. Hari ini kita akan membicarakan soal Dividen. Apa itu dividen? Seperti sebelumnya, saya akan membagi pengertian sederhana dari dividen, apa arti dividen bagi saya saat ini, dan kita akan studi kasus; membandingan perolehan dividen dua perusahaan.  Kali ini dua perusahaan itu adalah BRI dan PT Bank Rakyat Indonesia atau kode sahamnya BBRI & Telkom, PT Telkom Indonesia atau kode sahamnya TLKM.                      Disclaimer ya, ini blog amatir dengan riset amatir, tujuannya buat mendokumentasikan penjalanan saya untuk belajar mengenai investasi saham dari awal. Kalau ada yang punya masukan, silakan tulis di komentar. Apa yang saya kemukanan di blog ini jangan dianggap sebagai nasehat keuangan. Saya rencanany...