Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing.
Kali ini kita akan membahas saham – saham yang sedang ramai diperbincangkan minggu – minggu ini, yaitu PGAS atau Perusahaan Gas Negara; KAEF atau Kimia Farma; dan ANTM atau Antam.
Di video ini, saya rangkum hasil penelusuran laporan keuangannya selama 5 tahun terakhir. Saya lacak dan plot laba dan dividennya.Saya juga plot price to earning rasio-nya sampai saya tau harga wajar dari saham ketiga perusahaan ini.
Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/_sYP9SrhFQU
Gambaran Umum PGAS
PGAS ini adalah kode saham dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Perusahaan ini bergerak dalam distribusi dan transportasi gas alam. Menurut website-nya PGAS melayani lebih dari 2000 konsumen industry dan komersil. PT Perusahaan Gas Negara Tbk menguasai 51% dari saham PT Pertamina Gas dan anak perusahaannya.
Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebagian besar dimiliki oleh negara.
- Melalui PT Pertamina Persero. PT Pertamina Persero memiliki 56,96% dari saham Saham Biasa PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
- Melalui satu lembar Saham Seri A Dwiwarna yang memiliki hak suara khusus. Saham Seri A Dwiwarna tidak dapat dipindahtangankan, memiliki hak-hak istimewa dalam hal perubahan modal, pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris, Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan serta pembubaran dan likuidasi Perusahaan.
Gambaran Umum KAEF
KAEF adalah kode saham dari PT Kimia Farma Persero. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Setelah melalui nasionasilasi, peleburan, dan perubahan nama, Kimia Farma memasuki bursa saham di tahun 2001.
Saham Kimia Farma sebagian besar dimiliki oleh negara.
- Melalui perusahaan BUMN PT Biofarma. PT Biofarma memiliki 90,025% sahamnya Kimia Farma.
- Mirip seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk, Negara Republik Indonesia memiliki satu lembar Saham Seri A Dwiwarna yang memiliki hak suara khusus. Saham Seri A Dwiwarna tidak dapat dipindahtangankan, memiliki hak-hak istimewa dalam hal perubahan modal, pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris, Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan serta pembubaran dan likuidasi Perusahaan.
Kimia farma bergerak dalam bidang obat – obatan. Website-nya memuat daftar panjang dari obat – obatan. Selain produksi obat – obatan, kimia farma juga memproduksi obat hermal, misalnya obat sariawan Enkasari, dan kosmetik misalnya Venus dan Marcks. Terus terang, saya pengguna setia bedak Marcs.
Di website-nya, Kimia Farma memuat bahwa bidang bisnisnya juga meliputi riset, produksi, penyediaan bahan baku dan pemasaran obat – obatan baik di dalam maupun di luar negeri.
Gambaran Umum ANTM
ANTM adalah kode saham dari PT Aneka Tambang Tbk. Menurut laporan keuangan 2019, Komisaris utamanya adalah LetJen TNI (Purnawirawan) Agus Surya Bakti, yaitu suami dari Ibu Bella Saphira. Perusahaan plat merah ini berdiri di tahun 1968 dan merupakan merger dari beberapa perusahaan pertambangan milik pemerintah.
Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebagian besar dimiliki oleh negara.
- Melalui oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM. INALUM memiliki sebagian besar sahamnya, yaitu 65%
- Mirip seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan Kimia Farma, Negara Republik Indonesia memiliki satu lembar Saham Seri A Dwiwarna yang memiliki hak suara khusus. Saham Seri A Dwiwarna tidak dapat dipindahtangankan, memiliki hak-hak istimewa dalam hal perubahan modal, pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris, Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan serta pembubaran dan likuidasi Perusahaan.
Kalo dari sisi saya sebagai konsumen, produk yang paling beken adalah emas antam. Ternyata, setelah melihat laporan keuangannya, produk emas ANTAM merupakan komponen kontributor terbesar bagi pendapatan Perusahaan, dia berkontribusi sebesar Rp22,47 triliun atau 69% dari total penjualan bersih ANTAM di tahun 2019.
Hal yang bagus adalah ANTAM sepertinya berusaha untuk hilirisasi industrinya jadi, profit margin-ny bisa lebih tinggi. Usahanya misalnya membangun smelter dan proyek pengolahan feronikel, cuma ini sepertinya perkembangannya cukup lambat dibandingkan dengan kebutuhan logan untuk industry.
Nah, sekarang kita lanjut melihat angka – angka kinerja PGAS, KAEF, dan ANTM lebih dalam.Kita akan lihat EPS atau Earning per Share, PE Ratio atau Price to Earning Rasio, dan Dividen-nya selama lima tahun terakhir. Saya juga akan bagi, berapa harga nyaman dari ketiga perusahaan ini menurut versi saya.
Laba Per Saham (2015 – 2019)
Untuk melihat kinerja ketiga perusahaan ini, mari kita lihat laba per sahamnya dari tahun ke tahun (EPS). Untuk yang masih bingung apa itu EPS, bisa mengunjungi penjelasan saya tentang EPS di posting saya sebelumnya. Ini link-nya.
Grafik di atas, membandingkan laba per saham dari ketiga perusahaan. Yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau pgas, yang paling atas, Kimia Farma atau KAEF di tengah dan Antam atau ANTM, yang paling bawah. Di tiap grafik saya juga taruh garis hijau, sebagai pertanda perusahaan sedang untung apa rugi. Kalau grafiknya di bawah garis hijau, artinya perusahaannya sedang merugi.
Sekarang mari kita lihat satu per satu.
Pendapatan PGAS sepertinya menurun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Tahun 2017 ke 2018 naik, lalu turun kembali di tahun 2019. Turunnya juga lumayan jauh, sampai di bawah pendapatan tahun 2017.
Kemudian KAEF atau Kimia Farma, yang di tengah – tengah. Tren-nya berbeda dengan PGAS atau PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Pendapatan Kimia Farma naik secara teratur dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Lalu kemudian turun drastis di tahun 2019 sampai minus, sedikit di bawah nol.
Di surat dari Kimia Farma yang ditujukan kepada Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, tertanggal 2 April 2020, Kimia Farma menyatakan hutangnya meningkat 84.09% di tahun 2019. Setelah menelusuri laporan keuangan-nya lebih teliti, ternyata Kimia Farma membayar hutang dan provisi Bank melampaui 2 kali lipat daripada tahun 2018.
Beban bunga dan provisi bank Kimia Farma di tahun 2018, adalah sekitar 200 Milyaran. Sementara di tahun 2019, Kimia Farma mencatatkan angka 490an Milyar beban bunga dan provisi bank, angka yang mendekati 500 Milyar. Ada kemungkinan peningkatan provisi Bank juga diakibatkan dari pengambilan hutang yang jumlahnya besar ini. Provisi Bank adalah biaya balas jasa ke bank karena disetujuinya pinjaman. Dan, kemungkinan besar ini yang menyebabkan labanya turun drastis di tahun 2019 sampai minus.
Selanjutnya ANTM atau Antam. Laba per-sahamnya naik turun, plus minus, seperti roller coaster. Tahun 2014 ke tahun 2015 pendapatannya menurun, keduanya masih di bawah garis ‘0’ atau minus ya. Lalu tahun 2015 ke tahun 2016 pendapatannya naik ke titik ‘0’ yang artinya sudah tidak rugi lagi. Tahun 2017 ke 2018 laba-nya naik, lalu turun lagi mendekati ‘0’ di tahun 2019. Padahal, di tahun 2019 ini lo penjualan emasnya naik 34% dari tahun 2018.
Dari ketiga data di atas, PGAS selama 5 tahun terakhir belum pernah merugi, walau laba-nya turun drastis di tahun 2019. Kimia Farma laba-nya meningkat terus, tapi kemudian turun drastis di tahun 2019 bahkan sampai di titik ‘0’ atau tidak ada laba. Sedangkang ANTAM naik turun seperti roller coaster. Kondisi Antam sepertinya membaik, setidak – tidaknya per 2016 dia sudah tidak merugi lagi.
Laba per saham tiap kuartal (2019 – 2020)
Untuk meninjau apa efek pandemi ke ketiga perusahaan ini, mari kita bandingkan EPS per kuartalnya. Di grafik di atas ini saya kumpulkan laba per saham dari tiap kuartal selama dua tahun terakhir. Sekilas, ketiga perusahaan ini laba per saham per kuartalnya 2 tahun terakhir ini seperti roller coaster.
Laba per saham PGAS ini menarik. Tiap kuartal naik turun, positif & negatif. Paling tinggi di kuartal ketiga 2019 dan paling rendah di satu kuartal setelahnya, yaitu kuartal 1 2020. Setelah itu turun lagi ke minus atau merugi di kuartal kedua 2020 dan kemudian naik lagi ke posisi positif di angka Rp 30 per saham di kuartal ketiga 2020. Karena laba PGAS memang naik turun dari kuartal sebelum pandemi, kita jadi kurang tahu dampak pandemi kepada PGAS.
Lanjut ke KAEF atau Kimia Farma. KAEF mengalami penurunan drastis sampai dengan merugi di kuarta ketiga dan keempat 2019, itu sebelum pandemi. Di slide sebelumnya sempat saya singgung kalau KAEF membayar hutang dan provisi bank yang tinggi di tahun 2019. Hal ini yang mungkin menyebabkan penurunan laba-nya yang drastis di kuartal ketiga dan keempat 2019. Kuartal ketiga 2020, KAEF turun lagi ke titik minus. Jadi di waktu pandemi ini di tahun 2020, KAEF sempat untung di dua kuartal pertama tahun 2020, lalu merugi lagi di kuartal ketiga tahun 2020.
ANTM sempat merugi di kuartal keempat 2019 dan kuartal pertama 2020. Lalu di kuartal kedua dan ketiga melesat naik bahkan melampaui nilai dia kuartal 1 sampai 3 tahun 2019. Untuk ANTM, sepertinya pandemi begini dia malah untung dan untungnya meningkat setelah merugi di kuartal terakhir 2019 dan kuartal pertama 2020. Tapi apa untungnya ini karena pandemi atau hal lain, saya masih kurang tahu.
Di atas sebelah ini adalah snapshot dari laporan tahunan KAEF untuk tahun 2019.
Sebelum lanjut ke Dividen ketiga perusahaan tersebut, saya ada catatan. Seperti yang kita bahas di dua slide sebelumnya, KAEF tidak mencatatkan laba di tahun 2019. Selain itu, saya juga merasa bingung dengan laporan keuangannya di tahun itu. Kalo ada yang bisa membantu menjelaskan, silahkan ketik di komentar.
Hal-hal yang saya rasa aneh, saya beri tanda panah, dan nomor di gambar di atas. Pertama-tama ada dua bagian dari “laba” yang bisa diatribusikan ke pada pemilik. Di bagian pertama (panah nomor 1), laba yang diatribusikan ke Pemilik Entitas induk negatif, dan kepada kepentingan non-pengendali positif. Sedangkan di bagian kedua, keadaanya kebalikan. Laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk positif sekitar 4 triliun. Tetapi yang dibagikan ke kepentingan non-pengendali negatif.
Apa kira – kira ini artinya, bagi yang tahu, silahkan ketik di komentar.
Dividen (2014 – 2019)
Okay, sekarang lanjut ke dividen. Sekarang kita lihat seberapa laba perusahaan dapat dibagikan kepada pemilik, dalam hal ini pemegang saham, yaitu dividen.
Untuk yang perlu pengingat apa itu dividen, silahkan membaca posting saya sebelumnya tentang dividen. Ini link-nya.
Di grafik di atas saya cantumkan dividen yang dibagikan ke pemegang saham sebagai garis tebal dengan symbol tebal. Saya juga cantumkan garis tipis yang menandakan laba per sahamnya di tahun yang sama. Di garis dividen, saya cantumkan dua angka untuk tiap titik. Angka yang di atas adalah jumlah dividen per saham dalam Rupiah, kemudian angka di bawahnya adalah prosentase dividen dari laba per sahamnya yang di bagikan.
Sekarang mari kita lihat satu persatu. PGAS lumayan rajin membagikan dividen. Dari tahun 2014 sampai dengan 2018 PGAS membagikan 31-44% dari laba-nya. Kemudian di tahun 2019 dia membagikan lebih 108 % persenan dari laba-nya. Jadi tahun 2019 dividen yang dibagikan itu lebih banyak daripada labanya. Catatan ya, dividen tahun 2019 dibagikan tahun ini, tahun 2020.
Kemudian lanjut ke KAEF atau Kimia Farma. KAEF rutin memberikan dividen kecuali tahun ini. Yang menurut saya wajar karena perusahaannya merugi di tahun lalu, tahun 2019. Kalau kuartal keempat tahun 2020 KAEF tidak merugi, kemungkinan tahun depan ada laba yang bisa dibagikan. Laba yang dibagikan KAEF 5 tahun ke belakang ada di kisaran Rp 8 sampai dengan 18 per lembar sahamnya, yang merupakan 20and sampai dengan 30an persen dari laba per sahamnya.
Untuk ANTM, dia absen membagikan dividen di tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Masuk akal, karena tahun 2015 dan 2016 laba-nya negatif. Sedangkan tahun 2014 laba-nya menurun drastis dari tahun 2013. Tahun 2017 ANTM mulai membagikan dividen lagi, yaitu sebesar Rp 2 per saham atau 32%an dari laba per saham-nya. Di tahun 2018, ANTM membagikan dividen sebesar Rp 13, yaitu 19%an dari labanya, dan kemudian di tahun 2019dia membagikan 37%an labanya, atau Rp 3 per saham.
Setelah kita tahu berapa potensi yang mungkin didapat sebagi pemegang saham, sekarang mari kita lihat apakah sahamnya masih cukup murah untuk dibeli.
P/E Rasio tiap kuartal (2019 – 2020)
Sekarang mari kita lihat dan bandingkan, perusahaan mana yang cukup murah, dengan prospek bagus untuk potensial saya miliki. Mengacu pada grafik, idealnya P/E nya itu berada di antara garis horisontal hijau dan merah. Garis hijau itu kalau PE rasionya pas di angka 10. Jadi, kalau grafik ada di atas haris hijau,artinya perusahaan kemahalan, setidaknya menurut saya. Dan garis merah itu kalau PE rasio-nya nol, jadi kalau grafik ada di bawah merah, artinya perusahaan sedang merugi.
Untuk yang perlu pengingat apa itu PE Rasio, silahkan membaca posting saya sebelumnya tentang P/E. Ini link-nya.
Kalau dilihat P/E per kuartalnya, sepertinya ketiga perusahaan sudah di luar jangkauan saya karena PE-nya sudah di atas 10.
Selain itu, kita lihat juga kalau harga saham PGAS dan ANTM berfluktuasi lumayan tinggi. Misalnya untuk PGAS PE-nya sempat melampaui 140, saat ini PE-nya ada di angka 20 an. Jadi perubahannya besar sekali. Untuk ANTAM PE-nya melampaui 100 di kuartal 3 2020, dan kali ini berada di angka 20an. Kalau dibandingkan dengan pergerakan PE-nya di 5 tahun terakhir, pergerakan PE yang besar ini baru dimulai tahun ini lo. Untuk KAEF, PE rasionya juga bergerak naik di tahun ini.
Catatan:
Pergerakan harga ketiga perusahaan ini (PGAS, KAEF, & ANTM) tidak seiring dengan pergerakan laba-nya. Dan juga, walaupun laba ketiga perusahaan ini tidak stabil, pergerakannya tidak sesuai besarnya dengan pergerakan harganya.
Grafik di atas memuat zona harga nyaman saya. Zona harga nyaman saya adalah harga di mana PE Rasio saham berada di atas "0" sampai dengan 10.
Dari ketiga hot stock ini, semuanya jauh diatas harga nyaman yang saya beli.
Per tanggal 22 Desember 2020, pada saat video ini disiapkan:
- Harga PGAS adalah Rp 1680, sedangkan yang nyaman bagi saya berdasarkan PE rasionya adalah maksimal Rp 436 per saham.
- Harga KAEF adalah Rp 4260, sedangkan yang nyaman bagi saya berdasarkan PE rasionya adalah maksimal Rp 89 per saham.
- Harga ANTM adalah Rp 1835, sedangkan yang nyaman bagi saya berdasarkan PE rasionya adalah maksimal Rp 463 per saham
Kesimpulan
Saya suka KAEF karena saya familiar dengan produk bedak marcs-nya dan saya juga suka ANTM karena familiar dengan emas ANTM-nya; tapi untuk sekarang, harga ketiga perusahaan ini sudah jauh di atas zona harga nyaman saya.
Jadi, untuk sekarang saya belum berani untuk memiliki saham-saham ketiga perusahaan ini, walaupun mereka perusahaan plat merah.
Terima kasih banyak sudah nonton, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di posting selanjutnya.
https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/16/01/2021/pt-antam-kalah-sidang-pengusaha-surabaya-menang-gugatan-11-ton-emas/
ReplyDelete