Ok kita mulai dari laba per saham perusahaan masing-masing yah, atau Earning per Share.
Di grafik di atas saya plot EPS dari masing-masing perusahaan untuk 10 tahun terakhir. Paling atas adalan Telkom Indonesia (TLKM), di ikuti oleh Indosat-Ooredo, dan kemudian XL-Axiata paling bawah.
Di tiap grafik, EPS di plot sebagai noktah2 yang dihubungkan dengan garis tebal. Saya juga beri garis hijau putus-putus unutk menandakan level nol, agar mudah melihat perusahaan lagi untung atau rugi.
Kita lihat di grafik, TLKM tidak pernah merugi sepuluh tahun terakhir. Bahkan cenderung meningkat. Ini WOW banget menurut saya. Saya pakai Indihome dirumah, dan sering komplain tentang pelayanannya, jadi gak nyangka performa perusahaan nya bagus seperti ini.
Kemudian, Indosat Ooredo, Labanya naik turun seperti gelombang laut. ISAT sempat merugi selama beberapa tahun antara 2013-2015. Kemudian profit di 2016 dan 2017. Sayangnya Kembali merugi di 2018. Tahun 2019 tampaknya ISAT mulai pulih Kembali.
Untuk EXCL, sepertinya kurang begitu bagus. Pendapatannya turun terus selama 10 tahun terakhir, dan sempat merugi di 2018, sampai akhirnya Kembali untung lagi di 2019.
Hal yang menarik adalah, ketiga saham di atas sama - sama turun di 2018. ISAT dan EXCL bahkan merugi di tahun itu. Mungkin ada yang spesial di tahun tersebut? Saya belum ada cukup informasi untuk menyimpulkan apa - apa, tapi ini saya tandai karena menarik.
Sekarang saya ingin lihat bagaimana kinerja ketiga perusahaan ini saat musim pandemi.
Di grafik di atas saya plot EPS tiap kuartal selama 7 kuartal terakhir biar lebih mencerminkan efek pandemi.
TLKM dan EXCL sepertinya masih bisa mempertahakan profitability nya di masa pandemi. Mereka masih tetap menghasilkan laba, dan tidak ada kuartal yang merugi. Akan tetapi, ISAT merugi di beberapa kuartal selama pandemi, yaitu kuartal 1 dan kuartal 3. Selain itu ISAT juga sempat merugi di kuartal pertama 2019.
Nah kita telah lihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba, sekarang mari kita lihat seberapa banyak dari laba tersebut yang dibagikan ke pemegang saham.
Dividen 2014-2019
Disini saya plot dividen per lembar saham yang di bagikan ke pemegang saham. Dividenya saya plot sebagai noktah-noktah yang dihubungkan dengan garis tebal. Di noktahnya saya juga kasi dua angka. Angka diatasnya dalah jumlah dividen per saham, dan di bawahnya adalah payout ratio, yaitu prosentase dividen terhadap laba per sahamnya. Sebagai pembanding, Laba per sahamnya juga saya plot sebagai garis tipis.
Di grafik pertama adalah dividen TLKM. TLKM tidak pernah absen membagikan dividen. Ini masuk akal, karena TLKM sendiri tidak pernah merugi, setidaknya 10 tahun terakhir. Dividennya berkisar antara 80 – 160 rupiah per saham. Dimana ini mewakili antara 50-90 persen dari laba per saham. Saya agak sedikit khawatir sih dengan prosentase yang saya rasa lumayan tinggi. Yang saya mengerti, industry telekomunikasi adalah industri dengan biaya tinggi. Investasi di infrastruktur lumayan cepat menjadi kadaluarsa. Contohnya 3G ke 4G yang mengambil waktu kurang dari 5 tahun. Sekarang 5G sudah di ambang pintu juga. Jadi, saya rasa saya lebih nyaman kalau TLKM mengurangi sedikit dividennya, untuk dipakai investasi di infrastruktur.
Kemudian ISAT, saya rasa pembagian dividennya lumayan masuk akal. ISAT cuman membagikan dividen saat perusahaan punya laba. Karena tidak setiap tahun dia punya laba, dividennya sendiri juga bolong-bolong.
Terakhir EXCL juga saya rasa masih masuk akal. Dividennya jadi bolong-bolong, juga karena tidak tiap tahun EXCL menghasilkan laba. Dari tahun 2014, EXCL hanya sekali saja memberi dividen, yaitu di tahun 2019.
Selanjutnya mari kita lihat apakah saham-saham ini cukup murah untuk dimiliki
PE Rasio Kuartal 2019 - 2020
Ok, di grafik ini saya plot Price Earning Ratio beberapa kuartal terakhir.
Di setiap grafik saya taro garis hijau dan garis merah putus putus. Dimana garis-garis itu menandakan batas atas dan bawah dimana saham saya anggap murah. Jadi kalo, PE nya berada diantara kedua garis itu, saya anggap sahamya berpotensi untuk saya alokasikan dana untuk dibeli. Lain kata, makin kecil PE nya makin bagus.
Yang menarik, adalah saham TLKM dan EXCL. TLKM di semua kuartal belakangan itu selalu diatas 10, dimana saya kurang begitu tertarik untuk membeli. Akan tetapi, PE nya cenderung menurun belakangan ini, dimana mencapai sekitar 11 di kuartal ketiga 2020. Jadi, masih lumayan OK lah.
Kemudian, EXCL juga tadinya selama 2019, PE nya berada diatas 10. Di 2020, PE EXCL, masuk di zona yang saya rasa masuk akal untuk dilirik.
Sedangkan ISAT, masih bergelombang bak gelombang laut. Sebagian, di area negative PE. Jadi saya saham ini belom menarik menurut saya.
Jadi ambil dari Analisa diatas, kalo saya urutkan prospek dari saham saham ini adalah sebagai berikut. Pertama TLKM, diikuti EXCL, dan terakhir ISAT. PE TLKM makin mendekati 10, jadinya ya masih bisa dipertimbangkan, walau saya sendiri enggak beli dulu.
Harga Wajar (menurut saya)
Di grafik di layar kita lihat zona nyaman, untuk TLK, adalah di bawah Rp 2244 per saham. Sedangkan harga per tanggal 30 Desember 2020, saat video ini disiapkan adalah Rp 3350.
Untuk ISAT saya tidak bisa mencari harga nyaman-nya karena sejauh data yang saya punya, sampai kuarta ketiga 2020, ISAT masih merugi. Harga per tanggal 30 Desember 2020, saat video ini disiapkan adalah Rp 5000.
Untuk EXCL, zona nyaman, atau PE di bawah 10 ada di Rp 2586. Sedangkan harga per tanggal 30 Desember 2020, saat video ini disiapkan adalah Rp 2770.
Kesimpulan
Ya, kalau misalnya ngebet banget ingin punya saham perusahaan telekomunikasi, ya beli TLKM. Setidak – tidaknya potensi dividen-nya tinggi. Tapi untuk saya, kalau dilihat dari pergerakan harga di seminggu terakhir bulan Desember 2020, saya rasa saya akan tiarap dulu untuk saham saham ini.
Sekian analisa singkat ketiga perusahaan telekomunikasi ini. Semoga bermanfaat, dan sampai ketemu di posting selanjutnya. Jangan lupa subscribe, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.
Comments
Post a Comment