Skip to main content

Kupas Saham Seri Infrastruktur Beton Precast: WSBP & WTON

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya, Ratih di Mommy Belluga Investing. Posting ini adalah posting kedua di seri infrastruktur. Di posting sebelumnya, saya membahas 4 saham infrastruktur yaitu: ACST, ADHI, WSKT, & WIKA

Di posting kali ini, saya akan membahas 2 lagi saham perusahaan infrastruktur yaitu:

  • WSBP atau PT Waskita Beton Precast Tbk. dan 
  • WTON atau PT Wijaya Karya Beton Tbk. 

Singkatnya, kedua perusahaan ini menarik karena kinerja-nya lebih baik daripada perusahaan induknya, yaitu Waskita Karya dan Wijaya Karya. Tapi, keduanya mencatatkan kerugian selama pandemi ini. Dari penelusuran saya, kalau ngebet ingin punya saham perusahaan infrastruktur beton precast, sepertinya WTON atau Wijaya Karya beton precast adalah pilihan yang lebih baik daripada WSBP atau PT Waskita Beton Precast Tbk.

Untuk melihat kenapa saya sampai di kesimpulan seperti itu, simak terus analisa saya. Jangan lupa subscribe ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini. 

Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting

Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/eAmkvH7sCZ4

Profil WSBP
WSBP adalah symbol saham dari PT Waskita Beton Precast Tbk. Perusahaan ini bergerak dalam bidang beton pre-cast. Beton pre-cast itu adalah beton yang dicetak di pabrik atau plant dan kemudian dirakit di tempat pembangunannya. Dari bayangan saya sih mirip seperti blok lego.

WSBP pertama kali diperdagangkan di pasar saham di tahun 2016, dan menurut laporan tahunannya tahun 2019, pemegang saham tertinggi adalah PT Waskita Karya Tbk, dengan jumlah saham 59,9%, hampir mendekati 60%. Sedangkan Waskita Karya sendiri, 66%an sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia.

Profil WTON
WTON adalah symbol dari PT Wijaya Karya Beton Tbk. Perusahaan ini bergerak dalam bidang yang mirip dengan WSBP, yaitu beton precast.

WTON pertama kali diperdagangkan di pasar saham di tahun 2014, dan menurut laporan tahunannya tahun 2019, pemegang saham tertinggi adalah PT Wijaya Karya Persero Tbk, dengan jumlah saham 60%. Sedangkan Wijaya Karya sendiri, 65%an sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia.

Jadi, kedua perusahaan beton pre-cast ini dimiliki oleh perusahaan – perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. 

Nah, sekarang kita lanjut melihat angka – angka kinerja WSBP & WTON. Kita akan lihat EPS atau Earning per Share, Dividen dan PE Ratio dan Price to Earning Rasio. Saya juga plot harga nyaman-nya versi saya, berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Laba per Saham (EPS)
Sekarang mari kita lihat kinerja kedua perusahan yang bergerak di beton precast ini. Gambaran pertama, kita lihat dari laba per saham atau EPS. Bagi yang perlu pengingat apa itu EPS, link ke video saya mengenai EPS ada di deskripsi.

Kita kembali ke grafik, grafik di samping, saya plot laba per saham selama 6 tahun terakhir untuk Waskita beton precast atau WSBP, periode 2014 – 2019, dan 7 tahun untuk Wika beton precast atau WTON, periode 2013 - 2019. Di setiap plot saya beri garis hijau putus-putus supaya kita bisa melihat lebih jelas apakah perusahaan sedang untung atau rugi.

Dari kedua perusahaan yang kita kupas hari ini, keduanya tidak pernah merugi tadi tahun 2013. 

Kita mulai dari WSBP atau Waskita beton precast. Perusahaan ini mencatatkan laba cukup tinggi di tahun 2014, si seputaran Rp 220an per saham. Kemudian turun drastis ke angka Rp 20an per saham di tahun berikutnya, tahun 2015. Di tahun – tahun berikutnya sampai dengan tahun 2018, laba-nya meningkat tipis sampai dengan di angka Rp 40an per saham. Sebelum kemudian turun sedikit ke angka Rp 30an di tahun 2019. Jadi beda dengan tahun 2014 yang laba-nya di angka 200an, angka laba per saham WSBP di tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 berada di kisaran Rp 20an sampai dengan Rp 40an.

Kita lanjut dengan WTON, atau Wika beton precast. Sejak tahun 2013, laba per saham-nya berada di kisaran Rp 20an sampai dengan Rp 50an, mendekati Rp 60an. Selama 7 tahun terakhir ini, laba-nya cenderung meningkat, walau ada penurunan di periode 2014 ke 2015 dari angka Rp 40an di tahun 2014 ke angka Rp 20an di tahun 2015. Tapi, setelah tahun 2015, angka laba per sahamnya mulai meningkat secara stabil sampai dengan tahun 2019 di angka Rp 60an.

Untuk mengetahui bagaimana kinerja kedua perusahaan di saat krisis, mari kita lihat laba per kuartal-nya di tahun 2019 ke tahun 2020.

EPS Pandemi
Di grafik ini saya plot laba perusahaan tiap kuartal, selama 7 kuartal terakhir. Pada saat video ini disiapkan, tanggal 10 Januari 2021, saya hanya memiliki akses sampai dengan laporan kuartal ketiga 2020, laporan kuartal keempat-nya belum keluar. Mirip seperti grafik sebelumnya, di setiap plot saya beri garis hijau putus-putus supaya kita bisa melihat lebih jelas apakah perusahaan sedang untung atau rugi.

Kedua perusahaan sepertinya mengalami atau sempat mengalami kerugian di masa pandemi. 

Waskita beton precast atau WSBP mengalami kerugian selama 2 kuartal, yaitu kuartal kedua dan ketiga 2020. Di kuartal kedua 2020 mencatatkan kerugian di bawah Rp 10, sementara di kuartal ketiga WSBP mencatatkan kerugian melampaui Rp 40 per saham. Melihat labanya yang juga tipis di kuartal pertama 2020, kecil kemungkinan WSBP mencatatkan laba dan bukan kerugian di tahun 2020, kecuali dia bisa mencatatkan laba di atas Rp 50an per saham di kuartal keempat.

Wika beton precast atau WTON mencatatkan kerugian hanya satu kuartal, yaitu di kuartal ketiga. Kerugiannya ada di kisaran belasan rupiah. Untuk kualrtal pertama dan kedua tahun 2020, laba per saham-nya ada di kisaran Rp 10an per saham. WTON masih mungkin mencatatkan laba di 2020, kalau di kuartal keempat dia tidak merugi lagi. 

Sekarang kita lanjut ke dividen. 

Dividen
Kita mulai dari Waskita beton precast atau WSBP, yang grafiknya di atas, berwarna merah. 

Secara histori, Waskita beton precast atau WSBP cukup rajin memberi dividen, walau tidak setiap tahun. Dari tahun 2016 sampai dengan 2019, WSBP memberi dividen sebesar 20 sampai dengan 80 % dari laba-nya. Yaitu, di angka Rp 8 sampai dengan 31. Laba per saham tahun 2016 sampai dengan 2019 sebenarnya cukup stabil, dividen-nya berfluktuasi karena prosentasi dividen-nya yang ber-fluktuasi. Misalnya di tahun 2017, laba yang dibagikan adalah 80%an, sementara di tahun 2019, laba yang dibagikan hanya 24%an.

Wika beton precast atau WTON, sepertinya perusahaan yang rajin membagi dividen. Dan, jumlah dividen-nya cukup konservatif, yaitu di kisaran 20 sampai dengan 30 and persen dari laba per saham-nya. Paling rendah di tahun 2015 dengan angka Rp 6an dan paling tinggi di angka Rp 17an di tahun 2018. Tahun 2021, ada kemungkinan WTON tidak membagikan laba. Seperti yang kita lihat di slide sebelumnya mengenai laba per saham per kuartal-nya, ada kemungkinan WTOn tidak mencatatkan laba di tahun 2020. Kalaupun mencatatkan laba, laba-nya akan cukup tipis. 

PE Rasio
Untuk melihat perusahaan mana yang masuk akal dan ada prospek untuk saya pertimbangkan akan saya beli, saya pakai acuan Price to Earning Ratio nya, atau PE. Kalo ada yang perlu pengingat apa itu PE, saya cantumkan link nya di deskripsi. Nanti bisa di intip-intip untuk memberi penyegaran. 

Ok di grafik di disamping ini saya plot annualized PE nya selama 7 kuartal kemarin. Data PE nya saya plot sebagai noktah tebal dan dihubungkan dengan garis tebal. Kemudian ada juga dua garis horizontal putus-putus yang berwarna hijau, dan berwarna merah. Garis hijau putus-putus menandai PE 10, dimana di atas 10 saya anggap harganya kemahalan dan saya hindari biasanya. Penekanan disini di kata “biasanya” yah, karena kadang ada juga factor factor X yang bikin saya masih nyaman untuk membeli sahamnya walaupun PE nya diatas 10. Kemudian, garis horizontal merah putus-putus untuk PE nol. Kalau noktahnya di bawah garis ini, artinya perusahaan sedang merugi, dan cenderung saya hindari juga.

Kita lihat PE Waskita beton precast atau WSBP PE-nya sempat menyentuh angka 500an di kuartal kedua 2020. Sedangkan di kuartal ketiga PE-nya saya plot di angka minus karena kalau dihitung laba secara setahun, atau annualized, perusahaan-nya merugi di kuartal ketiga. 

Kemudian Wika beton precast atau WTON. PE-nya sempat berada di kisaran zona nyaman saya dari kuartal ketiga 2019 sampai dengan kuartal kedua 2020. PE-nya meningkat cukup tinggi hampir mendekati angka 30 di kuartal ketiga karena kalau dihitung secara tahunan, atau annualized, laba per saham-nya sangat minim saat berada di kuartal ketiga tahun 2020.

Zona Harga Nyaman
Sekarang kita lanjut melihat harga nyaman saya lebih dekat. Di grafik saya lacak pergerakan harga saham kedua perusahaan dan saya sandingkan dengan PE-nya berdasarkan kondisi laba di kuartal ketiga tahun 2020.

Kita mulai dari WSBP atau Waskita beton precast, sejak bulan November 2020, harga saham-nya terus menigkat. Dari angka Rp 150an sampai dengan Rp 300an di bulan Januari 2021, saat video ini disiapkan. Sementara, laba per saham-nya masih di angka minus di kuartal ketiga tahun 2020.

Untuk, WTON atau Wika beton precast, saya bisa menghitung harga nyaman saya, karena secara tahunan, di kuartal ketiga tahun 2020, dia masih mencatatkan laba. Harga nyaman saya adalah Rp 84 berdasarkan laba per saham di kuartal ketiga. Saat video ini disiapkan, harga per lembar sahamnya adalah Rp 418, sudah sangat jauh dari zona nyaman saya. Mirip dengan WSBP, semenjak bulan November 2020, harga sahamnya meningkat dari angka Rp 230an sampai dengan angka Rp 418 pada saat video ini disiapkan di tanggak 10 Januari 2021.

Kesimpulan

Kesimpulan, untuk saat ini karena kinerja perusahaan masih merugi, kalau menimbang harga dan PE atau harga dibandingkan dengan kemampuan perusahaan mencatatkan laba, saya belum berani masuk ke saham kedua perusahaan ini. 

Kalau ngebet ingin punya saham perusahaan infrastruktur beton precast, sepertinya WTON atau Wika Beton Precast adalah pilihan yang lebih baik, karena:
1. Menimbang kinerja laba-nya selama beberapa tahun ke belakang yang stabil cenderung meningkat.
2. Rajin memberi dividen sebesar 20-30 %an dari laba per saham per tahun-nya. Ini sebelum menimbang factor X ya, kesimpulan di atas berdasarkan kinerja laba dan dividen saja.

Sekian posting saya kali ini. Jangan lupa untuk subscribe ya. Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya.
Sampai ketemu di posting selanjutnya. Bye.



Comments

Popular posts from this blog

Bedah Portfolio Saham 1

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio  Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,

Kupas Saham - Saham ASTRA: ASII, AUTO, ASGR, & AALI

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing.  Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII),  Astra Otoparts (AUTO),  Astra Graphia (ASGR),  Astra Agro Lestari  (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan.  3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis.  Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang.  ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.  Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela

Kenapa SRIL Pelit Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting    Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini:  https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini