Punya Uang Rp 100 Ribu Beli Saham Apa Sekarang? ELSA, RUIS, & TBLA
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing.
Kali ini kita akan membahas, kalau punya uang Rp 100 Ribu beli saham apa sekarang.
Posting ini adalah lanjutan dari Seri Rp100 ribu. Dimana dalam seri ini saya saring perusahaan dengan kriteria harga di bawab 100 ribu rupiah, PE rasio di bawah 10, Operating dan Net Profit Margin positif, dan konsisten membayar dividen selama 5 tahun terakhir. Dari situ, saya ketemu 13 perusahaan. Link ke posting saya sebelumnya mengenai saringan ini.
Sekarang kita mulai dari PT. Elnusa Tbk, atau ELSA
PT. Elnusa Tbk adalah perusahaan lumayan lama, yang berumur lebih dari 50 tahun. Walaupun perusahaan yang lumayan tua (setidaknya lebih tua dari saya), doi termasuk aktivf di media sosial seperti Instagram, YouTube dan linkedin.
Secara garis besarnya bidang bisnis PT. Elnusa Tbk adalah penyedia solusi total bagi industry energi. Dari hulu ke hilir. Di bagian paling hulu adalah menyediakan layanan survey geologis untuk explorasi cadangan minyak bumi. Kemudian lebih ke hilir, penyedia jasa produksi, operasi dan perawatan area pengeboran minyak. Lebih hilir lagi menyediakan jasa transportasi dan distribusi.
PT. Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS).
PT. Radiant Utama Intersinsco Tbk (RUIS). Dari mata awam saya sepertinya adalah salah satu saingan dari ELSA.
RUIS bergerak di bisnis yang memberikan Jasa pendukung umum untuk Minyak & Gas Bumi dan Sektor Energi lainnya, meliputi: Jasa Konstruksi, Operasional dan Pemeliharaan, Jasa Lepas Pantai, Jasa Pengujian Tak Rusak, Jasa Inspeksi dan Sertifikasi, Perdagangan dan Jasa Penunjang Lainnya
Walaupun lebih muda dari ELSA, RUIS sepertinya tidak se-aktif ELSA di media sosial.
PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) didirikan tahun 1979. Jadi sudah lumayan tua yah. Perusahaan didirikan sebagai anggota kelompok usaha dari Sungai Budi Group. Sungai Budi Group sudah ada dari tahun 1947.
PT Tunas Baru Lampung mulai beroperasi di Lampung pada awal 1975, dimana bergerak di bidang usaha pertanian, dan pengholahan hasil pertanian. Terutama minyak goreng.
Sampai di 2020 TBLA mengelola areal seluas 68 ribu hektar untuk perkebunan kelapa sawit dan tebu yang terdiri dari area tanaman menghasilkan (TM) sawit sebesar 46 ribu hektar dan area tanaman belum menghasilkan (TBM) sawit sebesar 11 ribu Hektar serta 11 ribu hektar tanaman tebu, dengan lokasi perkebunan di wilayah Lampung, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
Nah, sekarang kita lanjut melihat angka – angka kinerja ELSA, RUIS, & TBLA lebih dalam. Kita akan lihat:
EPS atau Earning per Share
PE Ratio atau Price to Earning Rasio, dan
Dividen-nya selama lima tahun terakhir.
EPS ELSA, RUIS, & TBLA 2015 - 2019
Untuk melihat performa ketiga perusahaan ini, mari kita lihat laba per sahamnya dari tahun ke tahun (EPS). Untuk yang masih bingung apa itu EPS, bisa mengunjungi penjelasan saya tentang EPS di posting saya sebelumnya.
Grafik di atas, membandingkan laba per saham dari ketiga perusahaan. Yaitu ELSA, yang paling atas, RUIS di tengah dan TBLA, yang paling bawah. Di tiap grafik saya juga taruh garis hijau, sebagai pertanda perusahaan sedang untung apa rugi. Sekarang mari kita lihat satu per satu.
Pendapatan ELSA sepertinya menurun dari 2015 sampai 2017. Sejak 2017 tampaknya mulai naik kembali sampai tahun 2019. Dari sini saya tidak ada sesuatu yang janggal yah. Ada kemungkinan naik turunya pendapatan usaha ada kaitannya dengan harga minyak dunia. Tapi ini saya ber-hipotesis aja yah, belum saya gali lebih lanjut untuk membuktikan. Di laporan tahunan ELSA 2017 sendiri, penurunan sampai di 2017 banyak merupakan dampak penurunan harga minyak dunia. Penurunan harga minyak berdampak investasi di explorasi cadangan minyak baru berkurang. Hal ini juga yang mengakibatkan klien untuk ELSA juga berkurang.
Kemudian RUIS, juga mengalami trend yang sama dengan ELSA. Akan tetapi penurunan sampai 2017 sepertinya lebih dalam. Situasi yang dialamin ELSA juga kita ambil sebagai hal yang bisa menjelaskan penurunan laba dari RUIS sampai 2017.
Selanjutnya TBLA justru mengalami peningkatan laba dari 2015 ke 2017, dan kemudian turun sampai 2019. Dari laporan keuangan tahunan, perusahaan menjelaskan penurunan ini di karenakan penurunan hasil panen. Cuaca kering di atributkan sebagai penurunan hasil panen selama dua tahun terakhir. Saya ingatkan lagi, TBLA bergerak di usaha pertanian, dan pengholahan hasil pertanian. Terutama minyak goreng.
Dari ketiga data ini, sepertinya tidak ada yang merugi selama lima tahun terahir. Sekarang kita lihat, apa efek pandemi ke performa perusahaan.
Laba Per Saham Kuartal (EPS) 2019-2020
Untuk meninjau apa efek pandemi ke ketiga perusahaan ini, mari kita bandingkan EPS per quartalnya. Di grafik di samping ini saya kumpulkan laba per saham dari tiap kuartal selama dua tahun terakhir.
Sekilas, ketiga perusahaan ini sepertinya mengalami trend pendatapan yang mirip mirip. Turun, drastis di kuartal pertama 2020, meningkat lagi di kuartal kedua 2020, dan turun kembali di kuartal ketiga 2020.
Di laporan keuangan interim sampai juni, 2020 ELSA sempat menyampaikan bahwa jumlah bisnis berkurang sebagai akibat pandemi. Tetapi laporan keuangan 9 bulan terakhir di 2020 tidak ada menyebut dampak pandemi. Kemungkinan, bisnis sudah kembali berjalan.
Kemudian RUIS, sepertinya mengalami hal yang sama. Pendapatan RUIS sepertinya terpengaruh pandemi. Di kuartal 1 2020, RUIS mencatat kerugian. Di kuartal kedua 2020 pendatatan RUIS melonjak. Ini sepertinya efek tertunda perkerjaan yang di kuartal 1, pindah ke kuartal 2 2020.
TBLA sendiri, sudah mengalamin penurunan pendapatn dari 2019, dan lebih dalam di kuartal 1 2020. Akan tetapi tidak sampai merugi. Di kuartal kedua 2020 pendapatan kembali meningkat, dan turun kembali di kuartal ketiga.
Sekarang mari kita lihat, seberapa keuntungan ini dibagikan ke pemegang saham?
Dividen ELSA, RUIS, & TBLA2014-2020
Sekarang kita lihat seberapa laba perusahaan dapat dibagikan kepada pemilik, dalam hal ini pemegang saham, yaitu dividen. Untuk yang perlu pengingat apa itu dividen, silahkan membaca blog saya sebelumnya tentang dividen.
Di grafik ini saya cantumkan dividen yang dibagikan ke pemegang saham sebagai garis tebal dengan symbol tebal. Saya juga cantumkan garis tipis yang menandakan laba per sahamnya di tahun yang sama. Di garis dividen, saya cantumkan dua angka untuk tiap titik. Angka yang di atas adalah jumlah dividen per saham dalam Rupiah, kemudian angka di bawahnya adalah prosentase dividen dari laba per sahamnya yang di bagikan.
Sekarang mari kita lihat satu persatu. ELSA rajin membagikan dividen, dan besarnya sepertinya setara dengan laba per sahamnya, kecuali di 2014. Mungkin 2014 adalah tahun spesial yah. Saham ELSA berkisar antara 4 sampai 12 rupiah, yang mewakili antara 8 sampai 30 persen laba perusahaan. Kalau dilihat dari prosentase ini sendiri, saya rasa prosentase yang lumayan nyaman. Perusahaan ga ngos-ngosan buat bayar dividen.
Kemudian RUIS, juga saya rasa lumayan wajar dalam pembagian dividen nya. Setidaknya tidak ada keliatan pembayaran yang lebih tinggi dari laba per sahamnya. Dividen RUIS berkisar antar 5 sampai 10 rupiah per saham, tergantung laba. Besaran dividen ini mewakili antara 10 sampai 26 persen laba per saham. Masuk akal menurut saya.
Dan terakhir TBLA. Kalo tahun 2016 dianggap pencilan, -- dimana dividen yang dibagikan lebih tinggi dari laba per saham. Sepertinya jumlah dividen yang dibagikan lumayan wajar. Akan tetapi, dividen 2016 jauh lebih tinggi dari pendapatan per sahamnya. Jadi saya belum yakin ini artinya apa. Di tahun 2018 ke 2019, juga pendapatan TBLA menurun karena penurunan panen, akan tetapi dividen nya tetap di 25 rupiah. Bagusnya dividen di 2019 cuma 18 % dari laba perusahaan. Jadi tidak terlalu mengkhawatirkan menurut saya.
Setelah kita tahu berapa potensi yang mungkin didapat sebagi pemegang saham, sekarang mari kita lihat apakah sahamnya masih cukup murah untuk dibeli.
Price to Earnings Ratio Kuartal 2019 -2020
Sekarang mari kita lihat dan bandingkan, perusahaan mana yang cukup murah, dengan prospek bagus untuk potensial saya miliki. Mengacu pada grafik, idealnya P/E nya itu berada di antara garis horisontal hijau dan merah. Kalo di bawah merah, perusahaan sedang merugi. Kali di atas haris hijau, perusahaan kemahalan.
Untuk yang perlu pengingat apa itu PE Rasio, silahkan membaca blog saya sebelomnya tentang P/E Rasio.
Kalau dilihat P/E per kuartalnya, sepertinya ketiga perusahaan masih murah untuk di beli ya, semuanya masih di bawah 10. ELSA cenderung lebih murah kesininya, Kemudiah RUIS yang bergerak ke arah mahal. Begitu juga TBLA, sepertinya merangkak makin mahal.
Kesimpulan
Sebagai penutup, disini saya sampaikan zona harga yang saya rasa saya nyaman untuk membeli ketiga perusahaan yang saya review hari ini.
ELSA kalau di bawah Rp. 341
RUIS kalau di bawah Rp. 391
TBLA kalau dibawah Rp. 1011
Sayang sekali untuk ELSA, karena dari saat saya memulai seri 100 ribu ini, sampai saya selesai analisis dan bikin video ini, ELSA sudah merangkak lumayan tinggi, sehingga tidak lagi berada di zona murah untuk saya beli. Batas ELSA adalah Rp 341 per saham.
Per sesi penutupan Jumat kemarin, tanggal 11 Desember 2020, ELSA ada di Rp 368, RUIS di Rp 318, dan TBLA di Rp 805. Jadi per lot-nya ELSA di Rp 36800, RUIS di Rp 31800, dan TBLA di Rp 80500.
Sedangkan RUIS dan TBLA, batasnya adalah di Rp 391 dan Rp 1011. Rp 391 per lembar saham untuk RUIS dan Rp 1011per lembar saham untuk TBLA. Jadi kalau dibandingkan dengan harga kemarin, hari Jumat 11 Desember 2020, harga saham RUIS & TBLA masih dalam zona murah saya.
Untuk saat ini dana saya sudah menipis, jadinya saya belum beli saham lagi. Tapi kalau saya sudah ada dana masuk lagi, saya akan lihat lagi analisa ini dan putuskan apa saya mau beli saham dari salah satu dari perusahaan ini. Dari segi harga dan dividen sih saya rasa RUIS dan TBLA masih lumayan.
Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di posting saya selanjutnya.
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,
Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing. Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII), Astra Otoparts (AUTO), Astra Graphia (ASGR), Astra Agro Lestari (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan. 3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis. Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang. ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini. Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini
Comments
Post a Comment