Skip to main content

Subscriber Request: Analisis Fundamental Saham MTLA, bonus APLN, JRPT, & ASRI Januari 2021

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih, di Mommy Belluga investing. Hari ini saya akan bahas salah satu saham yang di request oleh salah satu subscriber. Yaitu Metropolitan Land Tbk dengan kode saham MTLA.

Agar saya dapat perbandingan bagaimana kinerja perusahaan, saya bahas pula tiga perusahaan lain, yaitu:

  • Agung Podomoro Land Tbk dengan kode saham APLN, 
  • Jaya Property Tbk dengan kode saham JRPT, dan 
  • Alam Sutera Realty Tbk dengan koden saham ASRI.


APLN dan ASRI merupakan nama perusahaan properti yang sudah tidak asing lagi. Sedangkan JRPT adalah salah satu saham yang sempat saya bahas di posting seri seratus ribuan. Ini link ke posting, "Punya Uang Rp 100 Ribu Beli Saham Apa Sekarang? SMDR, NELY & JRPT".

Secara ringkas kesimpulan yang saya dapat adalah:

MTLA dan JRPT sepertinya perusahaan yang bagus yah. Dari segi laba dan kekuatan menghadapi krisis. Akan tetapi MTLA sepertinya sudah diatas harga nyaman saya. Sedangkan dua saham lagi yaitu APLN dan ASRI sepertinya kurang tahan pandemi.

Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan tersebut, ikuti terus pembahasan saya yah.

Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting

Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/olsCi5L2CkA
Profil MTLA
Metropolitan Land Tbk dengan kode saham MTLA berdiri tahun 1995. Ltd. MTLA bergerak di bidang property, perumahan, mall dan  hotel. Dari laporan keuangan 2019, Sebagian besar saham MTLA dipegang oleh Reco Newtown Pte. Ltd yaitu sebesar 37.5%, kemudian kedua terbesar adalah Pt Metropolitan Persada International sebesar 36.7 %. Sedangkan sisanya dimiliki oleh publik.

Profil APLN
APLN sepertinya perusahaan yang lumayan muda yah. Awalnya didirikan dengan nama PT Tiara Metropolitan Jaya Tahun 2004. Namanya baru berubah menjadi PT Agung Podomoro Land Tbk tahun 2010. Ini sepertinya bersamaan dengan pencatatan di bursa saham. Dari laporan keuangan 2019, hanya 16.34 persen sahamnya beredar di masyarakat. 80.416 dipegang oleh PT Indofica.

Profil JRPT
Selanjutnya JRPT atau Jaya Real Properti Tbk. Adalah perushaan yang sudah pernah saya bahas sebelumnya di posting sebelumnya, "Punya Uang Rp 100 Ribu Beli Saham Apa Sekarang? SMDR, NELY & JRPT".

Informasi tambahan PT Jaya Real Property, Tbk. didirikan pada tahun 1979 dengan nama PT Bintaro Jaya. Jadi sudah lumayan tua yah. Perubahan nama ke Jaya Real Properti baru terjadi tahun 1994. Pemegang saham terbesar PT Jaya Real Properti adalah PT Pembangunan Jaya sebesar 63.59 %, sedangkan sisanya 36.41 % beredar di masyarakat. Induk JRPT, yaitu PT Pembangunan Jaya sendiri 40% sahamnya dimiliki oleh Pemda DKI, dan 60% adalah individu. 

Profil ASRI

ASRI awalnya didirikan tahun 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal. Namanya baru berubah menjadi PT Alam Sutera Realty tahun 2007. Berdekatan dengan saat sahamnya mulai di perdagangkan di bursa saham. Yang membuat saya tertarik untuk melirik perusahaan ini adalah karena perusahaan ini menguasai kompels Garuda Wisnu Kencana di singkat GWK di Bali.

Dari laporan tahunan 2019, Kepemilikan terbesar dipegang secara tidak langsung oleh THE NING KING FAMILI dengan total 45.84%. Saya bilang tidak langsung, karena THE NING KING FAMILI memegang sahamnya lewat 2 perusahaan lain, yaitu PT Tangerang Fajar Industrial Estate (25.72%) dan lewat PT Manunggal Prime Development (20.12%). Kemudisn, 54.16% Sahamnya dipegang oleh masyarakat.

Oke, sekarang mari kita lihat kinerja ke empat perusahaan ini.
 

Laba per saham (EPS) 2010 - 2019

Okay, yang pertama-tama saya lakukan untuk menilai bagiamana kinerja keempat perusahaan properti ini adalah dengan melihat labanya. Dalam hal ini laba per sahamnya atau earning per share disingkat EPS. Di grafik ini saya plot EPS dari ke empat perusahaan ini sebagai noktah-noktah tebal, paling atas MTLA, kemudian APLN, JRPT dan ASRI.

Secara cepat kita lihat ke empat perusahaan mengalami peningkatan laba 10 tahun terakhir. Kecuali APLN yang sepertinya merugi di 2019. Sedangkan, MTLA, JRPT dan ASRI tidak pernah merugi sampai 2019. Secara spesifik, 

MTLA atau PT Metropolitan Land, yang grafiknya paling atas, mengalami peningkatan laba yang lumayan drastis semenjak 2015, setelah sebelumnya sempat menurun sedikit di 2015. 

Kemudian APLN atau Agung Podomoro Land, labanya sempat meningkat dari 2010 sampai 2012. Yang kemudian stabil sampai 2015. Di 2016 labanya turun sedikit, yang akhirnya melonjak tinggi di 2017. Dari tahun 2017 ke tahun 2018 labanya menurun drastis, sampai akhirnya membukukan kerugian di 2019.

Selanjutnya JRPT atau Jaya Property, labanya meningkat teratur sampai 2017. Mirip dengan APLN, labanya juga menurun di 2018, dan sedikit lebih turun lagi di 2019. 

Terakhir ASRI atau Alam Sutera Realty, labanya naik turun selama 10 tahun terakhir. Labanya naik sampai 2012, turun lagi di 2013, naik di 2014 dan turun juga di 2015 sampai 2016. Kenaikan terakhir di 2017, yang semenjak itu turun sampai 2018. 2019 sedikit lebih tinggi dari 2018.

Okay, kita telah lihat bagaimana kinerja keempat perusahaan property ini, melalui epsnya selama 10 tahun terakhir.  Sekarang mari kita lihat apakah perusahaan ini tahan pandemi?

Kinerja saat pandemi
Ok untuk melihat efek pademi terhadap keempat perusahaan property ini, di grafik ini saya plot laba per saham di tiap kuartal di tahun 2019 sampai dengan kuartal ketiga 2020. Disini kita lihat MTLA dan JRPT tetap menghasilkan laba selama tiga kuartal 2020. 

Spesifiknya, dari atas ke bawah, kita mulai dari MTLA.

Laba MTLA atau PT Metropolitan Land sempat turun memasuk kuartal pertama 2020, dan terus menurun hingga kuartal kedua 2020. Di kuartal ketiga, sepertinya naik kembali, bahkan lebih tinggi dari kuartal yang sama di 2019.

Kemudian APLN atau Agung Podomoro Land, sepertinya sudah merugi dari kuartal kedua 2019. Kerugiannya berlanjut sampai dengan kuartal pertama 2020. Di kuartal kedua 2020 sempat membukukan laba, sebelum akhirnya membukukan kerugian di kuartal ketiga 2020.

JRPT terus menghasilkan laba selama 7 kuartal terakhir. Memasuki 2020 labanya sempat menurun di kuartal pertama dan kedua, tetapi kembali meningkat lagi di kuartal ketiga. Angka EPS di kuartal ketiga 2020 bahkan lebih tinggi dibanding kuartal yang sama di 2019.

Terakhir ASRI atau Alam Sutera Realti labanya sudah sangat tipis di 2019. Memasuki kuartal pertama 2020, ASRI mencatat kerugian, lalu sempat membukukan laba di kuartal kedua 2020. Seperti yang kita lihat di layar, ASRI mencatat kerugian di kuartal ketiga 2020. EPS tahunan ASRI 10 tahun ke belakang lumayan baik, tapi sayangnya tidak tahan pandemi. 

Dari sini saya bisa memberikan rangking 1 ke JRPT, karena tampaknya paling tahan menghadapi krisis kemaren. MTLA juga keliatan lumayan tahan, tetapi sepertinya terdampak lebih parah. APLN dan ASRI lumayan rentan terhadap krisis.

Setelah kita lihat bagaimana ke empat perusahaan property ini menghasilkal laba, mari kita lihat seberapa bagian keuntungan dalam bentuk dividen yang dibagikan ke pemegang saham.

Dividen 2014 - 2020

Di grafik ini saya plot sejarah pembagian dividen dari keempat perusahaan property ini dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2020. Dividen nya saya plot sebagai noktah-noktah tebal yang dihubungkan dengan garis tebal. Di dividen tersebut juga saya beri dua angka yang menyatakan besaran dividennya, kemudian angka dibawahnya prosentase dari dividen terhandap laba per saham nya. Laba per sahamnya sendiri saya plot sebagai garis tipis, biar lebih enak visualisasinya.

Secara ringkas kita bisa lihat, MTLA yaitu grafik paling atas dan JRPT grafik nomor tiga, lumayan rajin membagikan dividen 5 tahun terakhir. Prosentase dividen terhadap labanya juga masih dalam ukuran wajar. Hal ini masuk akal karena kedua perusahaan ini rutin mencatatkan laba dan belum pernah merugi 10 tahun ke belakang ini.

Secara spesifik, kita bahas dari atas ke bawah.
MTLA besaran dividennya meningkat teratur selama 5 tahun terakhir. Prosentase dividen berkisar antara 12-19 persen dari laba. Bantalan yang lumayan tebal menurut saya, walapun agak pelit yah hehe.

Kemudian APLN, saya tidak berharap banyak. Karena seperti yang kita lihat di slide – slide sebelumnya, labanya juga kurang stabil. Tapi APLN sempat membagikan dividen sebesar 2 rupiah per saham, yaitu sekitar 6% dari laba tahun 2016. 

Selanjutnya JRPT membagikan sekitar 30 persen dari labanya. Kecuali 2017 yang tiba-tiba melonjak membagikan 63% dari laba.

Terakhir ASRI, yang dividennya juga bolong-bolong. ASRI sempat membagikan 12 persenan dan 5 persenan labanya dalam 5 tahun terakhir. Yaitu di 2014 dan 2016. 

Ok, kita telah lihat kinerja perusahaan-perusahaan property ini, dan apa yang bisa dinikmati pemegang saham. Sekarang pertanyaan yang paling penting adalah, apakah mereka cukup murah untuk saya beli? Tentu saja kalo saya ada dana. Untuk, saya yang budgetnya terbatas, ini merpakan tantangan ya.

PE Rasio Kuartal 2019 - Kuartal 3 2020


Sekarang untuk melihat apakah perusahaan-perusahaan ini masih murah, di grafik ini saya plot Price to Earning Ratio yang sering disingkat PE. Di beberapa timeline saya, sering juga disebut PER. 

Ok kembali ke grafik, disini PE nya saya plot sebagai noktah-noktah tebal. Di samping itu juga saya dua plot horizontal. Garis yang pertama berwarana hijau putus putus, itu untuk memberi tanda PE di angka 10. Kemudian, yang kedua garis merah putus – putus sebagai penanda PE nol. Jadi yang saya nyaman membeli sahammnya kalau PE nya berada di dua garis tersebut.

Untuk sekarang sepertinya cuma JRPT yang masuk kriteria di atas. 

Spesifiknya, dari atas ke bawah.

MTLA sempat masuk di area nyaman saya sampai kuartal pertama 2020. Tapi saat itu, saya belum mulai masuk pasar saham. Trading account saja belum bikin hehehe.

Kemudian, APLN, sudah pasti saya belum nyaman untuk membeli sahamnya. Terutama PE nya tampaknya lebih sering diluar batas-batas nyaman saya.

Selanjutnya JRPT, yang PE nya makin kesini makin menarik. Selama 7 kuartal terakhir selalu ada di daerah nyaman saya.

Terakhir ASRI, PE nya sempat di zona nyaman saya di kuartal keempat 2019. Tapi setelah itu negative terus. Ini juga mirip APLN yang saya belom nyaman untuk masuk.

Kesimpulan

Okay sebagai kesimpulan, setelah melihat kinerja ke empat perusahaan ini, dan mempertimbangkan valuasinya, saya rasa saya beri rangking satu ke JRPT, kemudian MTLA,  rangking ketiga ASRI, rangking ke empat APLN.

Untuk saat ini cuma JRPT yang masuk kriteria kinerja dan harga nyaman saya. MTLA saya rasa ada potensi, sepertinya saya akan ikuti dulu kinerja dan pergerakan harganya.


Saya bisa ilustrasikan di grafik di atas ini, yang saya plot harga selama 3 bulan terakhir sebagai garis tebal. Batas nyaman harga atas yang saya pertimbangkan saya gambarkan sebagai garis merah putus-putus. Untuk MTLA, batas harga nyaman saya di 335 rupiah per saham, dan JRPT di 723. Ini berdasarkan laba terakhir mereka yah. Kemudian APLN dan ASRI saya tidak dapat harga nyamannya, karena perusahan sedang merugi. Jadi saya tidak set prospek apa - apa dulu. 

Sekian posting saya hari ini, semoga analisa saya bisa bermanfaat, setidaknya untuk saya, ini membantu mencatat perjalanan saya investasi di saham. Sampai jumpa di posting selanjutnya








Comments

Popular posts from this blog

Bedah Portfolio Saham 1

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio  Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,

Kupas Saham - Saham ASTRA: ASII, AUTO, ASGR, & AALI

Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing.  Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII),  Astra Otoparts (AUTO),  Astra Graphia (ASGR),  Astra Agro Lestari  (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan.  3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis.  Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang.  ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini.  Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela

Kenapa SRIL Pelit Dividen?

Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date:  https://t.me/MommyBellugaInvesting    Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini:  https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini