Punya Uang Rp 100 Ribu Beli Saham Apa Sekarang? BJTM, BFIN, & SDRA
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing.
Kali ini kita akan membahas, kalau punya uang Rp 100 Ribu beli saham apa sekarang.
Posting ini adalah lanjutan dari Seri Rp100 ribu. Dimana dalam seri ini saya saring perusahaan dengan kriteria harga di bawab 100 ribu rupiah, PE rasio di bawah 10, Operating dan Net Profit Margin positif, dan konsisten membayar dividen selama 5 tahun terakhir. Dari situ, saya ketemu 13 perusahaan. Ini linkke posting saya sebelumnya mengenai saringan ini.
11 dari 13 perusahaan itu telah saya bahas di posting sebelumnya.
Kali ini saya seharusnya bahas dua lagi, akan tetapi IKBI sepertinya delisted, jadi tinggal satu perusahaan saja, yaitu SDRA. Agar pembahasannya tidak kesepian dan SDRA tidak jadi anak terlantar, saya akan sandingkan SDRA dengan BJTM dan BFIN yang sudah saya bahas sebelumnya. Kebetulan juga, ketiga perusahaan ini bergerak di bidang finansial.
BFIN atau PT BFI Finance Indonesia TBK atau BFI Finance, menurut website-nya didirikan di tahun 1982. Dia merupakan salah satu perusahaan multifinance tertua yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange, atau dulunya Jakarta dan Surabaya Stock Exchange. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembiayaan bisnis dan pribadi. Menurut website-nya, kembali BFI memiliki jangkauan yang cukup luas, ada 400 lebih cabang yang tesebar dari Sabang sampai dengan Merauke.
Pendapatan utama PT BFI Finance adalah dari pembiayaan kredit mobil bekas. Pembiayaan mobil bekas berkotribusi diatas 60% total pendapatan. Sejak 2017, perusahaan juga merambah pendanaan syariah dan P2P
Gambaran Umum BJTM
BJTM atau PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk didirikan di tahun 1961 sebagai PT Bank Pembangunan Daerah Djawa Timur. Bank ini lalu mengalami berbagai perubahan bentuk sampai dengan sekarang sebagai PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk.
Menurut info yang saya kumpulkan dari berita, Bank Jatim ini adalah Bank yang mendistribusikan gaji PNS daerah Jawa Timur. Dan, Jawa Timur adalah daerah dengan jumlah PNS tertinggi, yaitu sekitar 400 ribuan.
Apa kemungkinan implikasi yang saya lihat dari kondisi ini:
Sudah pasti para PNS yang gajinya didistribusikan di Bank Jatim itu menjadi nasabah Bank Jatim. Bank lain mungkin perlu iklan untuk menarik nasabah untuk membuat rekening, sementara Bank Jatim bisa mendapat nasabah langsung lewat distribusi gaji ini. Disamping itu, kalau sistem Bank Jatim bagus, kemungkinan keluarga, rekan, dan kenalan dari PNS yang memiliki rekening di Bank Jatim ini akan membuat rekening di sana juga.
Sudah pasti ada dana yang berputar atau masuk, yaitu gaji PNS di setiap bulannya.
Ada kemudahan kredit bagi para PNS. Apabila PNS ini mengambil kredit dengan pembayaran melalui potong gaji di awal bulan, Bank sendiri mendapat jaminan kalau cicilan per-bulan-nya pasti akan dibayar. Gak cuma itu, kreditnya pasti dibayar dan dibayarnya tepat waktu. Dan kita tahu sendiri, kemungkinan besar kredit seperti ini terbayar lunas, resiko gagal bayar kecil sekali. Kita lihat juga di laporan keuangan Bank Jatim kalau kredit kepada PNS dan pegawai BUMD yang gajinya didistribusikan lewat Bank Jatim adalah salah satu produk keuangannya.
Gambaran Umum SDRA
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk (SDRA), ternyata adalah bank yang lumayan lama. Dia berdiri di tahun 1974. Walaupun bank yang lumayan lama, saya belum pernah mendengarnya sampai saya bikin seri video ini. Gambar di samping saya snapshot dari laporan keuangan 2019. Seperti namanya Bank Woori Saudara bergerak di bidang perbankan. Nama “Woori” sendiri didapat karena merger dengan Bank Woori dari korea tahun 2014.
Kalau saya lihat di website-nya cabang – cabangnya ada di Pulau Jawa dan Bali. Sejauh ini cabang di luar pulau Jawa dan Bali, hanya mencakup 3 provinsi Sumatera Utara dan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Kalau dari segin cakupan untuk Bank nasional, SDRA sepertinya masih baru mulai keluarg dari pulau Jawa dan Bali.
Nah, sekarang kita lanjut melihat angka – angka kinerja BJTM, BFIN, & SDRA lebih dalam. Kita akan lihat:
EPS atau Earning per Share
PE Ratio atau Price to Earning Rasio, dan
Dividen-nya selama lima tahun terakhir.
EPS BJTM, BFIN, & SDRA 2015 - 2019
Untuk melihat performa ketiga perusahaan ini, mari kita lihat laba per sahamnya dari tahun ke tahun (EPS). Untuk yang masih bingung apa itu EPS, bisa mengunjungi penjelasan saya tentang EPS di posting saya sebelumnya.
Untuk melihat performa ketiga perusahaan ini, mari kita lihat laba per sahamnya dari tahun ke tahun (EPS).
Agar SDRA tidak kesepian, saya tampilkan EPS dari BJTM dan BFIN juga, di 2 grafik di atasnya. Kemudian SDRA di grafik paling akhir. Dari sini kita lihat BJTM yang lumayan perkasa. EPS nya naik terus selama 5 tahun terakhir. Sedangkan BFIN yang agak fluktuatif.
SDRA sendiri juga mengalami peningkatan laba selama 5 tahun terakhir, kecuali sedikit turun di 2019. Di tahun 2015 dia mencatatkan laba sedikit di atas Rp 50 per saham, lalu merangkak naik tiap tahun-nya sampai dengan mencatatkan laba sedikit di atas Rp 80 per saham di tahun 2018. Lalu turun sedikit ke seputaran Rp 70an per saham di tahun 2019. Masih lebih tinggi daripada 2 tahun sebelumnya, tahun 2017 yang di seputaran Rp 60an per saham.
Dari sini kita lihat BJTM dan SDRA sangat menjanjikan yah. Tapi, bagaimana ketahanan SDRA di masa pandemi. Untuk itu mari kita lihat labanya di 7 kuartal terakhir. Pada saat blog ini saya susun, di tanggal 12 Desember 2020, laporan kuartal terakhir 2020 belum keluar.
Laba Per Saham Kuartal (EPS) 2019-2020
Sekarang mari kita tinjau apa efek pandemi ke ketiga perusahaan ini, mari kita bandingkan EPS per quartalnya.
Ketiga perusahaaan mencatat penurunan pendapatan di kuartal keempat 2019. Dimana BFIN yang paling parah. Di video sebelumnya saya sempat menyinggung, pengeluaran BFIN yang lumayan banyak gara-gara masalah sengketa dengan bekas pemegang saham. Saya sedang siapkan video khusus untuk membahas kasus ini.
Ketiga perusahaan ini, BJTM, BFIN, dan SDRA terkena dampak pandemi, dimana pendapatannya turun di kuartal 1 2020. Akan tetapi, SDRA sepertinya pulih lebih cepat dari BJTM dan BFIN. Ini menarik. Apa ya kira-kira sumber pendapatan dan nasabah dari SDRA yang bikin dia lebih cepat.
Sekarang, berapakah dari laba perusahaan ini yang dibagikan ke pemegang saham?
Dividen BJTM, BFIN, & SDRA2014-2020
Sekarang kita lihat seberapa laba perusahaan dapat dibagikan kepada pemilik, dalam hal ini pemegang saham, yaitu dividen.
Di grafik disamping saya plot dividen kumulatif yang dibagikan dari tahun ketahun sebagai garis tebal dengan noktah tebal. Disamping itu, saya juga plot laba per saham nya sebagai garis tipis dengan noktah kecil sebagai pembanding.
Dari sini kita lihat, SDRA sedikit lebih pelit dari BJTM. Rata-rata SDRA cuma membagikan sekitar 5-15 % laba per sahamnya sebagai dividen. Di sisi yang lain, payout ratio yang kecil juga saya rasa cukup bijak. Dimana dana yang ditahan bisa jadi bantalan di masa-masa susah. Bagusnya, dividen yang di bagikan sepertinya berbanding dengan laba SDRA.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah SDRA masih cukup murah untuk di miliki?
Price to Earnings Ratio Kuartal 2019 -2020
Sekarang mari kita lihat dan bandingkan, perusahaan mana yang cukup murah, dengan prospek bagus untuk potensial saya miliki. Mengacu pada grafik, idealnya P/E nya itu berada di antara garis horisontal hijau dan merah. Kalo di bawah merah, perusahaan sedang merugi. Kali di atas haris hijau, perusahaan kemahalan.
Kembali ke grafik, kalo di lihat P/E nya, SDRA secara relative lebih mahal dari BJTM. Secara pendatan juga SDRA sudah keluar masuk zona-zona mahal. Kalo dari P/E ini, saya akan cenderung menunggu dulu.
Kesimpulan
Sebagai penutup, disini saya sampaikan zona harga yang saya rasa saya nyaman untuk membeli ketiga perusahaan yang saya review hari ini.
Batas harga atas dari kriteria saya, saya gambarkan sebagai garis merah putus-putus. Asalkan hargnya di bawah garis merah, saya lumayan nyaman untuk membelinya.
Batas-batasnya:
BJTM dibawah 975 Rupiah
BFIN dibawah 460 Rupiah,
SDRA dibawah 847 Rupiah
Per sesi penutupan Jumat kemarin, tanggal 11 Desember 2020, BJTM ada di Rp 675, BFIN di Rp 404, dan SDRA di Rp 785. Jadi per lot-nya BJTM di Rp 67500, BFIN di Rp 40400, dan SDRA di Rp 78500.
Dari sini, ketiganya masih nyaman saya beli. Tapi sayangnya untuk saat ini dana saya sudah menipis, jadinya saya belum bisa beli saham lagi. Tapi kalau saya sudah ada dana masuk lagi, saya akan lihat lagi analisa ini dan putuskan apa saya mau beli saham dari salah satu dari perusahaan ini. Dari segi harga dan dividen sih saya rasa SDRA masih lumayan. Kalau ada dana, saya juga mau beli BJTM lagi.
Terima kasih banyak sudah membaca, ikutin terus perjalanan saya untuk belajar investasi, ya. Sampai ketemu di posting saya selanjutnya.
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini saya akan melakukan bagi portfolio saya. Tujuannya: Sebagai dokumentasi perjalanan saya berinvestasi Agar, mengumpulkan saran2 dan tips-tips dari master-master investor di kebetulan membaca blog ini. Ini saya jujur2an, saya berharap semoga nanti portfolio ini terus berkembang. Versi video dari blog ini, "Bedah Portfolio Saham 1 (Bonus Perbandingan dengan Reksadana Index)" bisa diakses di YouTube: https://youtu.be/hUN85QmkF3A Portfolio Jadi, singkat cerita, di atas ini penampakan portfolio saya, sampai dengan 19 November 2020, yaitu saat blog ini disiapkan. Portfolio vs Biaya Saya plot di grafik di bawah: Garis merah dan tebal itu adalah portfolio saya Garis biru adalah biaya yang saya keluarkan. Jadi kalo portfolio saya diatas garis biru, berarti saya masih untung, kalo dibawah, saya rugi. Kalo dilihat di awal-awal saya beli saham, nilai portfolio saya di bawah biaya. Tapi karena saya belinya,
Halo semuanya, kembali lagi bersama saya Ratih di Mommy Belluga Investing. Hari ini saya bahas beberapa saham di Bursa Efek Indonesia yang ada kata ”Astra” nya. Saham saham itu antara lain: Astra International (ASII), Astra Otoparts (AUTO), Astra Graphia (ASGR), Astra Agro Lestari (AALI) Dari analisa sederhana saya, saya ketemu: Keempat perusahaan ini tidak pernah merugi, di 10 tahun belakangan. 3 dari empat perusahaan ini, lumayan tahan krisis. Saat krisis, sepertinya pasar tetap melakukan pembelian kendaraan, akan tetapi menunda servis dan pembelian suku cadang. ASII sepertinya patut saya pertimbangkan untuk dibeli. Bagaimana saya bisa sampai ke kesimpulan ini, simak analisa saya lebih lanjut. Ohya, jangan lupa subscribe dan like ya, supaya saya lebih bersemangat lagi untuk membuat konten – konten seperti ini. Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube mela
Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya Ratih, di Mommy Belluga Investing. Kali ini kita akan membahas, kenapa SRIL pelit dividen? Posting kali ini terinspirasi dari seri video 100 ribu saya sebelumnya, ini link-nya . Di posting itu saya ketemu walau laba SRIL cenderung terus meningkat, tapi dividen-nya segitu2 saja, malah cenderung makin kecil. Di posting kali ini saya telusuri dan plot angka – angka di laporan finansial SRIL dari tahun 2015 sampai dengan 2019 untuk menemukan, kenapa SRIL pelit dividen? Subscribe ke channel Telegram saya untuk info blog dan video ter-up to date: https://t.me/MommyBellugaInvesting Versi video dari blog ini bisa diakses di YouTube melalui link ini: https://youtu.be/jPSryA_8lUw Gambaran Umum SRIL adalah kode saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih populer dikenal sebagai Sritex. Sritex bergerak di adalah perusahaan tekstil dari hulu ke hilir. Lini usahanya mulai dari Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Finishing, dan Garment. Perusahaan ini
Comments
Post a Comment